KEBANYAKAN orangtua mungkin khawatir setelah mendengar kasus meninggalnya seorang anak berusia 11 tahun akibat dirundung oleh teman-teman sebayanya untuk melakukan perbuatan yang tidak senonoh dengan seekor kucing. Kasus anak-anak menjadi pelaku bullying ini harus segera menjadi perhatian besar orangtua.
Ada banyak kasus bullying yang dilakukan oleh anak-anak dan para orangtua harus mengetahui penyebab yang membuat anak-anak menjadi pelaku bullying. Dilansir dari Positive Psychology ada setidak tiga penyebab anak-anak menjadi pelaku bullying:
1. Mendapatkan kekuatan dan popularitas
Penelitian telah menunjukkan bahwa pelaku bullying bisa jadi berperilaku sedemikian rupa untuk mendapatkan popularitas.
Guy, Lee, dan Dieter (2019) menemukan bahwa pelaku bullying merasa mendapatkan kedudukan lebih tinggi untuk popularitas yang dirasakan.
Juga tampak dari penelitian ini bahwa pelaku bullying secara sosial ‘dihargai’ oleh teman sebaya karena perilaku bullying yang ia lakukan.
Ada banyak cara lain untuk mendapatkan popularitas, tapi mengapa seseorang lebih memilih untuk melakukan perundungan daripada menggunakan perilaku positif untuk mendapatkan popularitas?
Salah satu alasannya adalah bahwa pelaku bullying telah dipinggirkan secara sosial dan ditolak oleh rekan-rekan mereka (Cook, Williams, Guerra, & Kim, 2010).
Selain itu, bullying dapat digunakan untuk mendapatkan dominasi sosial. (Olthof, Goossens, Vermande, Aleva, & Van der Meulen, 2011)
Baca Juga: Tanda-Tanda Anak Mengalami Bullying di Sekolah dan Cara Menyikapinya
3 Penyebab Anak-Anak Menjadi Pelaku Bullying
2. Balas dendam
Bullying secara signifikan berkaitan dengan balas dendam. Saricam dan Cetinkaya (2017) menyelidiki strategi untuk mengatasi intimidasi antara 318 anak sekolah menengah. Keduanya menemukan bahwa membalas dendam dianggap sebagai cara terbaik untuk menangani bullying.
3. Kehidupan rumah tangga yang bermasalah
Kehidupan rumah seorang pelaku bullying seringkali bermasalah dan penuh dengan kesulitan.
Lucas, Jernbro, Tindberg, dan Janson (2016) menemukan bahwa pelaku bullying sering terpapar kekerasan dalam rumah tangga di rumah dan menyimpulkan bahwa pengalaman intimidasi jelas terkait dengan pelecehan.
Dalam penelitian ini, kekerasan fisik dan emosional di rumah secara signifikan berkaitan dengan periku bullying di antara 24 persen anak perempuan dan 36 persen anak laki-laki.
Ketika frekuensi dan tingkat keparahan pelecehan di rumah meningkat, prospek perilaku bullying juga meningkat.
Dalam kasus pelaku bullying yang memaksa korban berhubungan seksual dengan kucing, ada kemungkinan mereka telah terpapar pornografi. Jika tidak dari mana anak-anan tau cara berhubungan seksual?
Oleh karena itu Bunda dan Ayah mari jaga anak-anak kita dari perilaku menyimpang seperti ini. [Ln]