ADA sebuah strategi mendisiplinkan anak yang layak diketahui setiap orang tua. Perilaku positif lebih banyak diperhatikan daripada perilaku negatif.
Melalui metode disiplin positif, anak-anak dapat diajari cara mengendalikan diri dan bertanggung jawab atas tindakan mereka.
Metode disiplin positif juga dapat digunakan untuk membuat anak-anak sadar bagaimana perilaku mereka dapat mempengaruhi mereka dan orang lain juga.
Baca Juga: Menggunakan Konsekuensi Alami dan Logis Sebagai Strategi Disiplin Anak
10 Strategi Mendisiplinkan Anak yang Layak Diketahui Setiap Orang Tua
Berikut adalah beberapa metode disiplin positif yang harus layak dicoba untuk mendisiplinkan anak:
1. Tidak Ada anak bandel, yang ada hanya perilaku buruk
Jika anak berperilaku buruk dengan memukul anak lain, alih-alih memanggilnya ‘bocah nakal atau nakal’, katakan padanya tindakannya itu tidak baik atau buruk.
Kita bisa dengan sopan mengatakan, “Kamu seharusnya tidak memukul orang lain. Segera meminta maaf ya, Mas.” Dengan cara ini anak akan belajar bahwa ia perlu mengubah perilakunya.
2. Tunjukkan padanya bagaimana bersikap yang baik
Jika kita melihat anak akan melakukan sesuatu yang salah, daripada hanya mengatakan, “Jangan lakukan itu!”, lebih baik mengatakan kepadanya apa yang harus ia lakukan. Ajari anak bagaimana bersikap dengan benar dengan menunjukkan kepadanya cara yang benar untuk bersikap.
3. Bersikap tegas tetapi berempati
Menunjukkan empati adalah cara yang bagus untuk membuat anak melihat jika kita memahami perasaannya, tetapi ia masih perlu berperilaku dengan cara yang benar. Misalnya, jika anak berkata, “Ia yang memulainya lebih dulu! Dia tidak mau berbagi bola.”Anda dapat menjawab dengan,”Ibu tahu kamu benar-benar ingin bermain bola dan dia tidak mau berbagi dengan kamu, tapi memukul bukanlah cara yang baik.”
Si kecil mungkin tidak bisa langsung mengikuti perkataan kita. Kita harus mengulanginya berkali-kali dengan sabar. Jika ingin mengubah perilaku anak menjadi baik, bersabarlah dan jangan marah.
4. Kenalkan Time-Out
Time-out lebih seperti masa tenang bagi anak di mana ia dapat mengintrospeksi perilakunya (mis. Jika ia melakukan kesalahan).
Namun, sebagai orang tua, kita perlu mengingatkan bahwa waktu istirahat bukanlah hukuman. Cara terbaik untuk melakukan ini adalah dengan mengatur kursi di tempat terpencil di mana anak dapat duduk sebentar dan memikirkan kegiatan dan perilakunya. Jangan biarkan dia seperti ini selama lebih dari lima menit setiap kali time out.
5. Tawarkan Pilihan
Menawarkan pilihan akan memberi anak perasaan jika ia bisa melakukan sesuatu sesuai kehendaknya dan tidak akan membuatnya merasa jika kita mendikte dirinya apa yang harus dilakukan.
Jika anak memukul orang lain, kita dapat menawarkan dua pilihan. Misalnya, “Apakah kamu mau meminta maaf atau ingin istirahat (time out) sampai kamu tenang?”
6. Ubah kesalahan menjadi pelajaran
Jika anak mengambil mainan dari orang lain, kita juga bisa menggunakan pengalaman masa lalunya untuk membantunya memahami mengapa ia tidak boleh melakukannya.
Misalnya, kita bisa mengatakan, “Apakah kamu ingat waktu teman kamu mengambil mainan kamu? Kamu merasa sedih, bukan?
Ketika kamu mengambil sesuatu milik orang lain, akan membuat mereka merasakan hal yang sama.” Menggunakan pendekatan ini akan membantu anak memahami emosi teman bermainnya dan dia akan tumbuh menjadi orang yang baik dan penuh kasih sayang.
7. Tetapkan batas dan harapan
Jika anak suka bermain, itu bagus, tetapi orangtua harus menetapkan aturan tegas tentang waktu bermain. Misalnya, anak bisa bermain setelah menyelesaikan pekerjaan rumahnya, atau dia bisa makan es krim setelah menghabiskan semua sayurannya.
8. Jangan memerintah
Daripada memerintahkan atau mendikte anak tentang apa yang harus dilakukan, Anda bisa belajar mengadopsi cara-cara baru untuk membuatnya melakukan apa yang Anda inginkan.
Misalnya, jika anak meninggalkan pakaiannya di tempat tidur tanpa melipatnya, kita selalu bisa bertanya, “Di mana kita seharusnya meletakkan pakaian kita ya?” Bukannya berkata, “Taruh pakaian kamu di lemari!”
9. Hadapi Konsekuensi
Jika anak menolak untuk mendengarkan dan masih saja bersikap nakal, kita dapat membuatnya menghadapi konsekuensi dari perilaku buruknya.
Misalnya, jika anak suka menonton pertunjukan tertentu, menghilangkan hak istimewa untuk menonton pertunjukan itu pada hari ia berkelakuan buruk terbukti efektif menghentikan perliku buruknya. Namun, tetap jangan bersikap kasar kepada anak.
10. Berilah hadiahi saat anak berperilaku baik
Perilaku yang baik harus selalu dihargai karena dapat mendorong anak untuk tetap berperilaku baik. Memberi hadiah atau pujian kepada anak tapi tidak harus menyuap anak.
Jika kita mencoba memotivasi anak dengan menawarkan hadiah, ini adalah suap. Menyuap anak-anak mengajarkan mereka untuk menjadi manipulate.
Jika orangtua terus menyuap mereka, mereka hanya akan melakukan apa yang orangtua inginkan jika orangtua memberi mereka sesuatu untuk itu. Jadi hindari menyuap tetapi tetap memberikan hadiah kepadanya ketika dia melakukan sesuatu yang baik.
Anak-anak bisa keras kepala dan menguji kesabaran kita. Namun sebagai orang tua, adalah tanggung jawab kita untuk mengajari mereka cara yang benar untuk berperilaku.
Dengan tetap konsisten dan tegas dalam menerapkan strategi mendisiplinkan anak ini, anak akan segera belajar bagaimana berperilaku yang baik dan kita tidak perlu memukul atau berteriak. [Maya/Cms]