ChanelMuslim.com – Tanggal 14 Februari dikatakan sebagai ‘Hari Kasih Sayang’. Apa benar? Mari kita tilik sejarahnya. Valentine yang mana? Tidak ada. Ucapan ‘Be My Valentine’.
Ken Sweiger dalam artikel ‘Haruskah Orang Kristen Biblikal Mengamatinya?’ mengatakan kata ‘Valentine’ berasal dari bahasa Latin yang berarti.
“Yang Maha Perkasa, Yang Maha Kuat dan Yang Maha Kuasa”.
Kata ini ditujukan kepada Nimrod dan Lupercus, tuhan orang Romawi. Maka tidak disadari atau tidak, -tulis Ken Sweiger- jika kita meminta orang menjadi ‘to be my Valentine’, hal itu berarti melakukan perbuatan yang dimurkai Tuhan (karena memintanya menjadi ‘Sang Maha Kuasa’) dan menghidupkan budaya pemujaan kepada berhala.
Baca juga: Sejarah Valentine Day, Maksiat Berbungkus Kasih Sayang (Bag. 1)
Dalam Islam hal ini disebut syirik, artinya menyekutukan Allah subhannahu wa ta’ala. Adapun Cupid (berarti: keinginan), si bayi bersayap dengan panah adalah putra Nimrod ‘the hunter’ dewa Matahari. Disebut Tuhan Cinta, karena ia rupawan sehingga diburu wanita bahkan ia pun berzina dengan ibunya sendiri!
Tradisi penyembah berhala.
Sebelum masa kekristenan, masyarakat Yunani dan Romawi beragama pagan yakni menyembah banyak Tuhan atau Paganis-polytheisme. Mereka memiliki event atau pesta yang dilakukan pada pertengahan bulan Februari yang sudah menjadi tradisi budaya mereka. Dan gereja menyebut mereka sebagai kaum kafir.
Di zaman Athena Kuno, itu disebut sebagai bulan GAMELION. Yakni masa menikahnya ZEUS dan HERA. Sedangkan di zaman Romawi Kuno, disebut hari raya LUPERCALIA sebagai peringatan terhadap Dewa LUPERCUS, dewa kesuburan yang digambarkan dengan pakaian dari kulit domba.
Perayaan ini berlangsung dari 13 hingga 18 Februari yang berpuncak pada tanggal 15. Dua hari pertama (13-14 Februari) dipersembahkan untuk Dewi Cinta (Queen of Feverish Love) Juno Februata.
Baca selengkapnya di oase ChanelMuslim.com