Oleh : Tsurayya
ChanelMuslim.com-Hidup itu untuk bergerak. Jika diam artinya kita mati.
Kisah ini datangnya dari Negeri Matahari Terbit, Jepang. Banyak masyarakat Jepang yang meyakini bahwa salmon yang masih hidup lebih enak dijadikan masakan khas mereka. Oleh karenanya, para nelayan berusaha membuat salmon tetap hidup hingga perahu mereka tiba di tepi pantai.
Pada percobaan pertama, mereka mendapati ikan salmon banyak yang mati. Diduga akibat kurang gerak di dalam kolam buatan. Tak hilang akal, mereka tetap melakukan percobaan kedua dengan menaruh seekor hiu kecil di dalam kolam. Hasilnya di luar dugaan, ikan salmon justru aktif bergerak karena kejaran hiu kecil. Berkat hiu kecil, ikan salmon yang mati tidak sebanyak pada percobaan sebelumnya.
Nah kawan, ada satu kondisi di mana kita merasa jauh tertinggal dari lainnya. Misal dalam hal perkuliahan. Kita menyalahkan jurusan yang salah kita ambil. Padahal jika direnungi lebih dalam tak ada yang namanya salah dalam memilih jurusan. Wajib bertanya pada diri sendiri. Sejak awal apa yang membuat kita terjun pada jurusan itu? Apakah itu suatu kebetulan? Tidak… ! kita memilih atas dasar kemauan sendiri.
“Ah… tidak. Aku kuliah ambil jurusan karena keinginan orang tua.” Hei… ayolah…! Kadang kita tak setuju dengan pilihan itu. Karena kita masih ada di kondisi sekarang. Bukan kondisi tentang hari esok. Siapa bisa menjamin jurusan itu tak akan bermanfaat dalam kehidupan kita nanti? Bukankah semua yang terjadi sudah tertulis dalam Lauh Mahfuzh?
Rumput tetangga memang selalu lebih indah. Terkadang kita terlalu fokus melihat keluar tanpa menyadari ada banyak potensi yang kita miliki. Padahal jauh-jauh hari Allah sudah mewanti-wanti kita pada kitab sucinya (Alquran).
“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (QS. Al Baqarah: 216).
Rahasia Allah itu tetaplah menjadi misteri. Kita tak pernah tahu di manakah perahu kita akan menepi. Maka dari itu, janganlah cepat puas pada posisi nyamanmu saat ini.
Terus bergerak dan jangan lupa berterima kasih pada waktu. Jangan pula cepat berkesimpulan buruk tentang kondisi saat ini yang tak sesuai harapan atau membuat dirimu resah. Teruslah berjalan jangan berlari. Karena hidup mengajarkan kita sebuah perjalanan bukan pelarian. Kadang kita menganggap pelarian sebagai sebuah pergerakan. Semisal pindah jurusan. Apa itu tidak terkesan sebagai pelarian? Karena sejatinya pelarian bukanlah suatu pergerakan yang dimaksud. Akan tetapi lebih ke pengendalian diri dalam kondisi tidak nyaman saat ini.
Anggaplah diri kita sekarang adalah ikan salmon. Dan box masalah sebagai hiu kecilnya. Kalau tidak karena hiu kecil itu, mustahil kita bergerak mencari solusi. Bahkan jati diri lambat laun akan mati. Ingat tentang ayat yang tersurat dalam Qs.Al-Insyiroh: 5 ?
“Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.”
Bahkan dua kali ayat ini diulang dalam surat yang sama pada ayat selanjutnya.
“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.”
Mustahil satu kesulitan mengalahkan dua kemudahan. Jadi bersyukurlah pada hiu kecil itu. Jika tidak, kita tak akan menjadi manusia yang sebenarnya. Dengan adanya masalah itu artinya kita dituntut untuk terus bergerak mencari solusi. Bukan diam yang menjadikan aura positif kita mati.
So… masihkah kita menginginkan seperti ikan salmon tanpa hiu kecil atau layaknya salmon dengan hiunya? nikamati saja kawan. Life is never flat. Tidak semua jalan halus beraspal. Tapi sebuah jalan pasti akan bertemu pada ujungnya juga.