ChanelMuslim.com – Ketika pandemi mengubah segalanya. Sebuah nostalgia religi. Saat di pesantren dulu, ada satu kitab yang sangat familiar di kalangan santri. Kitab yang dari sejak awal mondok hingga kelar nyantri, tidak pernah lepas dikaji. Bulughul Maram nama kitabnya.
Ibnu Hajar Al ‘Asqalani nama penyusunnya. Seorang ulama yang faqih dan ahli hadits yang juga penulis untuk syarah kitab Shohih Bukhori, Fathul Bari. Kurang lebih tujuh tahun lamanya kitab ini didaras di Pesantren.
Jika memulai dari jenjang Tajhiziyyah (kelas persiapan), kitab Bulughul Maram ini dikaji dalam mapel Akhlaq. Materinya, tepat ada di bagian akhir dari kitab ini yang bertemakan Kitabul Jami’. Di dalamnya memuat hadits-hadits yang berkaitan dengan Adab, Shilaturrahim, Zuhud dan Wara’, serta Akhlaq, Dzikir dan Do’a.
Baca juga: Pasti Lagi Sakit
Lalu ketika masuk marhalah Tsanawiyyah, kitab ini dikaji mulai dari bagian awal kitab pada mapel Fiqih, karena hadits-hadits yang terdapat pada bagian awal kitab ini memang berkaitan dengan bab Fiqh, dimulai dari Thaharoh, Wudhu, Shalat dan seterusnya.
Dan pada jenjang Mu’allimin (‘Aliyah) kembali berkutat dengan kitab ini dalam kajian program kemahiran Qira’atul Kutub. Walaupun sesungguhnya untuk program ini menggunakan kitab berbeda yaitu Subulus Salam, namun masih tidak bisa dilepaskan dari kitab induknya. Sebab kitab Subulus Salam sendiri tiada lain adalah syarah dari kitab Bulughul Maram tersebut.
Suasana mengaji kitab Bulughul Maram pada masa Tajhiziyyah yang sudah puluhan tahun lalu, masih tersimpan kuat dalam memori ingatan saya. Adalah Allahu Yarham Ustadz Sholih yang dengan telaten membimbing kami mengeja hadits-hadits Adab dan Akhlaq dalam Kitabul Jami Bulughul Maram tersebut. Begitu apik dan seriusnya Ustadz Sholih membacakan, menerjemahkan, menguraikan dan menuntun kami menghafal hadits demi hadits.
Baca selengkapnya di oase ChanelMuslim.com