ChanelMuslim.com – Terimo, lelaki kelahiran tahun 1969 ini tak pernah menyangka mampu menyekolahkan anaknya hingga lulus kuliah.
Tidak tanggung-tanggung, anaknya yang bernama Sri Wahyuni itu melanjutkan pendidikan di Universitas Negeri Semarang.
Terimo mengaku ketika anaknya lulus SMA, ia mengajak Sri mengobrol empat mata.
“Nak, kamu kan sudah lulus. Banyak waktu kosong, bahkan sudah bisa berdagang. Sekarang kan sedang ada pembukaan universitas, kamu nggak mau mencoba?” tanyanya pada anaknya empat tahun lalu.
Sebetulnya, Sri sudah meminta sejak lama untuk meneruskan kuliah kepada ayahnya. Namun, Terimo tidak memberi jawaban hingga Aksi Cepat Tanggap merekrut Terimo untuk mengelola stok hewan kurban dengan pola pemberdayaan.
Dengan mengelola stok hewan qurban, kata Terimo, ia mendapatkan tambahan pendapatan sebesar satu juta setengah per bulan.
Tambahan uang itulah yang membuatnya berani menyekolahkan anaknya. Berbeda saat ia hanya menjadi petani, pendapatan dari jagung dan padi tidak pernah cukup.
“Uang untuk bertani jagung dan padi diputar untuk itu aja. Belum beli pupuk, biaya sekolah anak-anak, biaya hidup,” katanya di Lumbung Ternak Wakaf, Desa Gadu, Kecamatan Sambong, Kamis (11/7/2019).
Meski pendapatan kotor dari jagung mencapai tujuh juta per enam bulan dan padi sekitar 6 juta per tiga bulan, namun jumlah tersebut belum mencukupi kebutuhan keluarga Terimo.
Selain keuntungan mendapatkan pendapatan tetap, ia bisa menggunakan kotoran ternak sebagai pupuk.
“Yang tadinya saya berpikir untuk membeli pupuk, sekarang nggak lagi. Dengan kotoran ternak itu, saya jadikan pupuk untuk jagung dan padi,” tambahnya.
Ia berterima kasih kepada ACT yang telah memberikan kesempatan pada dirinya untuk mengelola stok ternak.
“Meski capek, alhamdulillah berkah,” katanya.
Terimo bersyukur, dari desanya, baru dia satu-satunya yang mampu menyekolahkan anaknya hingga universitas.[Lam]