ChanelMuslim.com- Sejak Bulan Juli ini, wilayah Indonesia mengalami dua musim ekstrim secara bersamaan. Yaitu, musim hujan dengan curah yang tinggi, serta musim kemarau yang hingga dua bulan tanpa hujan sedikit pun.
Dilansir laman bbc.com, BMKG menyebut bahwa saat ini 64,04 persen wilayah di Indonesia memasuki musim kemarau yang tersebar dari Jawa Barat hingga Nusa Tenggara Timur.
Tapi di saat yang sama, 35,94 persen sisanya mengalami musim hujan. Hujan dengan intensitas tinggi terjadi di wilayah Sumatera bagian barat, Kalimantan bagian utara, Sulawesi bagian tengah hingga Papua bagian utara.
Dua keadaan ekstrim ini terjadi secara bersamaan di lokasi yang berbeda. "Hari tanpa hujan terpanjang terjadi di NTT selama 70 hari. Sementara daerah yang lain justru terjadi peningkatan curah hujan dan berpotensi menyebabkan bencana seperti banjir, banjir bandang, longsor, angin kencang, hujan dan kilat," ungkap kepala bidang analisis variablitias iklim BMKG, Indra Gustari.
Bencana karena curah hujan tinggi terjadi di beberapa tempat. Antara lain seperti yang terjadi di Luwu Utara, Sulawesi Selatan. Banjir bandang setinggi 2,5 meter ini terjadi karena sungai Masamba meluap, sejak Senin (13/7). Dilaporkan, dari bencana banjir yang membawa material lumpur ini menewaskan sedikitnya 37 orang, 40 orang hilang, 58 luka-luka, dan 14.483 orang mengungsi.
Kepala Subdirektorat Kelembagaan Daerah Aliran Sungai, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Yuli Utami menceritakan kronologi terjadinya banjir bandang tersebut.
Pada Senin lalu (13/7), pada pukul 20:15 WITA, volume air dari bantaran Sungai Masamba meluap, namun tidak begitu besar.
Air sempat surut dan warga yang mengungsi kembali ke rumah masing-masing pada pukul 20:45 WITA.
"Namun pada jam sembilan malam, Sungai Masamba kembali meluap dengan perkiraan ketinggian air empat meter. Banjir yang terjadi di Desa Balebo, Masamba merupakan tipe banjir limpasan, sedangkan di Kecamatan Masamba, Malangke, Baebunta merupakan tipe banjir genangan," jelas Yuli.
Yuli menambahkan, terdapat dua penyebab banjir yaitu faktor alam dan manusia. Faktor alam berupa curah hujan yang tinggi dengan intensitas lebih dari 100 milimeter per hari, kemiringan lereng di daerah aliran sungai Balease sangat curam, dan jenis tanah yang bersifat lempung, debu dan remah dengan konsistensi gembur.
Karakteristik tanah dan batuan di lereng yang curam menyebabkan potensi longsor tinggi yang selanjutnya membentuk bendung alami yang mudah jebol jika ada akumulasi air berlebih.
Faktor kedua adalah manusia, “Adanya pembukaan lahan di daerah hulu DAS Balease dan penggunaan lahan masif berupa perkebunan kepala sawit. Sehingga rekomendasinya adalah penegakan hukum terkait pembukan lahan di kawasan hutan lindung, pemulihan lahan terbuka dengan rehabilitasi hutan dan lahan," pungkas Yuli.
Hingga kini, tim penyelamat masih kesulitan melakukan pencarian korban karena timbunan lumpur yang hampir menutup bangunan rumah warga. (Mh)