ChanelMuslim.com – Direktur Samudera Indonesia Logistik-Kargo, Dani Zaelani membeberkan pengalamannya ketika mengirimkan bantuan kemanusiaan ke Somalia dan Rohingya. Dalam mengirimkan bantuan kemanusiaan ke negara-negara konflik, kata Dani, banyak tantangannya.
"Sebetulnya karena kita terlibat dalam pengiriman barang ke antar negara dan antar negara. Jadi tidak seperti mengirim barang ke lokal yang mungkin aturan dan pengiriman bisa kita prediksikan," kata Dani, Rabu (10/1/2018) di Menara 165, Jakarta.
Apalagi yang menerima bantuan kemanusian, kata Dani, adalah negara-negara yang level perdagangannya sangat minim.
"Seperti tadi disebutkan, 80 persen warga Palestina bertahan dari bantuan. Artinya perdagangan dan bisnisnya sangat minim. Jika perdagangan minim berarti insfrastrukturnya pasti sangat minim," kata dia
Ia mencontohkan Somalia dan Bangladesh saat sampai di sana infrastrukturnya benar -benar minim.
"Kita dipercaya mengirimkan 1.000 ton dan alhamdulillah bisa terkirim dengan baik. Mereka juga apresiasi ke bangsa Indonesia karena sampai diantar ke mereka. Begitu ke Bangladesh tantangan ringan karena dekat," tambahnya
Namun demikian, di tiap negara terdapat aturan yang berbeda, kata Dani, Di Somalia penerimaan bantuan tidak seketat Bangladesh. Ketika saya berdiskusi dengan wakil pemerintah di sana, bantuan kemanusiaan menumpuk dan ada pihak yang menyalahgunakan. Bilangnya bantuan ternyata berbisnis, makanya pemerintah di sana memperketat pengiriman bantuan," kata pria bertubuh tambun ini.
Dani melanjutkan, apalagi nanti pengiriman bantuan kemanusiaan ke Palestina.
"Pasti lebih ketat karena harus melewati negara Yahudi yang mengepung Palestina karena akses di sana diblokade. Berbeda dengan Somalia dan Bangladesh yang langsung diterima,"katanya
Maka, kata Dani, ia mempersiapkan dengan sedemikian matang dan butuh doa dari rekan-rekan semua dan bangsa Indonesia juga. Selain itu, volumenya lebih besar 10 ribu.
"Namun, Insya Alloh kita siap. Kita juga melihat ini bantuan juga masa kita nggak siap," katanya.
Cara Pengiriman
Sebelum memberangkatkan Kapal dari Tanjung Perak, Samudera Indonesia bersama ACT (Aksi Cepat Tangga) sudah menyiapkan berbagai dokumen baik dari negara asal dan negara penerima bantuan.
"Pemerintah kita membolehkan tidak, beras itu keluar atau dilindungi oleh pemerintah. Jika tanpa izin, walaupun kita punya kapabilitas untuk mengirim, tentu tidak bisa," katanya
Begitu juga dengan negara penerima, kata Dani, negara itu harus memberi izin barang untuk masuk.
"Jadi hal seperti ini harus disiapkan sebelum barang itu dikirim. Terkait Palestina, ini tentunya harus banyak hal yang harus dipertimbangkan, apalagi kita harus melewati negara yang mengurung Palestina ini. Intinya sih, apapun yang mesti kita persiapkan harus dimatangkan lebih awal. Saya yakin ini bantuan kemanusiaan bukan mengirim barang yang akan menzholimi orang, bukan mengirim senjata untuk membunuh, ini kan barang yang lewat saja masa berbahaya. Kecuali memang Israel juga melarang, maka company to company harus bayar uang preman, tentu juga perlu persuasif agar sampai tujuan," tambahnya.
Dani mengaku bangga membantu ACT dalam mengirimkan bantuan kemanusiaan ke Palestina
"Samudera Indonesia adalah perusahaan dari Indonesia. Kami cukup bangga bergabung dengan aksi kemanusiaan semenjak dari Somalia, Bangladesh dan sekarang Palestina. Kami tunggu permintaan pengiriman ke negara-negara konflik lainnya,"pungkasnya. (Ilham)