TAKUT dan tahu sepertinya tak berhubungan. Tapi, biasanya yang tahu lebih takut dari yang tidak tahu.
Pak Lurah dikabarkan atasannya kalau ada harimau lepas di dekat wilayahnya. “Mohon hati-hati. Dan segera laporkan ke petugas! Tapi ingat, jangan bikin panik warga,” pesan atasan Pak Lurah.
Pak Lurah menceritakan itu ke wakilnya. “Waduh, jangan bilang siapa-siapa, Pak. Nanti warga bisa panik,” sahut Pak Wakil.
Keduanya pun sepakat merahasiakan berita itu. Infonya hanya untuk mereka berdua.
Namun, bagaimana kalau warga lengah. Tentu, akan jatuh korban. Karena itulah, Pak Lurah dan Pak Wakil berjaga-jaga, siang dan malam. Keduanya berkeliling kampung kalau ada hal-hal yang mencurigakan.
“Pak Lurah kok rajin sekali keliling kampung. Ada apa, Pak?” tanya seorang ibu. Pak Lurah hanya senyum sambil menggeleng tanda baik-baik saja.
Hampir tiga hari keduanya berkeliling kampung. Siang dan malam. Tidak tidur dan siap siaga. Sementara, para warga begitu nyantai. Malam pun mereka tidur begitu nyenyak.
Pak Lurah dan Pak Wakil sebenarnya iri dengan warga. Andai semua tahu apa yang mereka tahu. Tentu keadaan tidak seperti ini.
Namun kedua tetap merahasiakan. Hingga, ada kabar lagi dari atasan Pak Lurah, “Pak Lurah, harimaunya sudah berhasil ditangkap. Keadaan sudah aman!”
Belakangan, para warga akhirnya tahu. Andai saat itu mereka juga tahu, mungkin jauh lebih takut dari takut dan khawatirnya Pak Lurah dan Pak Wakil.
**
Tak semua yang kita tahu itu bermanfaat. Sebaliknya, justru bisa membawa madharat. Karena itu, jangan kepo, jangan terlalu ingin tahu tentang urusan yang bukan urusan kita.
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Di antara tanda baiknya keislaman seseorang, dia meninggalkan hal-hal yang tidak bermanfaat baginya.” (HR. Tirmidzi) [Mh]