SEORANG mantan penyanyi rap asal Amerika pernah mengisahkan hidupnya. Berbagai hal buruk pernah ia lakukan demi mencapai impiannya: terkenal dan banyak uang.
Dibesarkan di lingkungan keluarga yang non muslim menjadikannya asing dengan Islam. Bahkan stigma di kepalanya begitu kuat bahwa Islam agama kekerasan.
Ia meniti karir musiknya sejak masih sangat belia. Lingkungan budaya hip hop umumnya menjadikannya akrab dengan hal buruk seperti alkohol, narkoba, kekerasan, dan lainnya.
Karirnya tergolong mulus. Di usia yang masih muda, ia sudah mencapai apa yang diimpikan: rumah mewah, mobil mahal, dan apa pun yang ia inginkan.
Tapi, semakin ia mencapai impiannya itu, semakin ia merasa jauh dari tenang dan bahagia. Untuk mencapai tenang dan bahagia, dalam kesendiriannya, ia mengkonsumsi alkohol dan narkoba.
Akibat barang-barang haram itu, ia bahkan nyaris membunuh adiknya sendiri saat mabuk. Itulah puncak kebingungannya tentang cita-cita hidup: tentang tenang dan bahagia.
Suatu kali ia melakukan transaksi bisnis dengan rekan musisinya yang muslim. Memang agak aneh yang rekan muslimnya itu. Ia minta agar pembayarannya dilakukan di sebuah masjid di sebuah tempat.
Mendengar kata masjid ia menjadi paranoid. “Jangan-jangan, saya mau dianiaya di tempat itu,” batinnya.
Ia memang datang ke masjid itu. Tapi, dengan membawa pistol dengan penuh peluru. Ia pun meminta teman-temannya untuk melindunginya jika terjadi apa-apa.
Ia pun masuk ke masjid dalam keadaan was-was. Tapi, yang dilihatnya di luar dugaan. Suasana di dalam masjid memang banyak orang. Tapi, semua begitu tenang. Mereka berdiri bersama, dan mengikuti gerakan-gerakan imam, nyaris tanpa suara.
Dan yang lebih menarik perhatiannya, orang-orang di situ memiliki keragaman etnis dan warna kulit. Tidak seperti rumah ibadah agamanya yang terkotak-kotak menurut etnis, warna kulit, kebangsaan yang berbeda.
Rekan bisnisnya pun menghampiri. “Kamu tertarik dengan ketenangan ini?” ucap teman muslimnya yang lalu mengajarkannya wudhu dan gerakan shalat.
“Di akhir sujud nanti, silahkan minta kepada Allah apa yang paling kau inginkan dalam hidup ini,” ucap sang teman penyanyi rap itu.
Luar biasa. Saat itu, ia memang merasakan sesuatu yang tidak pernah ia rasakan seumur hidupnya. Tenang dan bahagia.
Dalam akhir sujud itu, ia tidak meminta kepada Allah berupa harta, ketenaran, rumah dan mobil mewah. Yang ia minta hanya bisa tetap meraih tenang dan bahagia seperti yang ia rasakan saat itu.
**
Jika harta dan kemewahan duniawi memang bagus di sisi Allah, tentu para Nabi dan orang-orang soleh sebelum ini sudah memperoleh keistimewaan itu.
Bersyukurlah, karena Allah masih menetapkan iman dan Islam di hati kita. Karena itulah sumber ketenangan dan kebahagiaan hidup kita. [Mh]