ChanelMuslim.com- Tundukkan pandanganmu. Karena dari pandangan itu ada yang kita suka, ada yang dibenci. Padahal, kalau kita suka, itu bukan milik kita. Kalau kita benci, mereka bukan musuh kita.
Pandangan bukan hanya tertuju pada hal syahwat pria dan wanita. Tapi juga syahwat lain. Yaitu, kesukaan terhadap aneka perhiasan duniawi.
Dan yang namanya syahwat, selalu terasa menyenangkan. Imajinasi pun bisa melayang liar.
Ketika kita memandang rumah bagus, ada ketertarikan di situ. Meski begitu, tetap saja rumah itu bukan milik kita. Dan tidak akan pernah berpindah kepemilikannya hanya dengan memandang dan memanjakan syahwat.
Begitu pun ketika memandang mobil mewah. Khayalan pun membuai seolah mobil itu sudah menjadi milik kita. Padahal tetap saja, mobil itu bukan milik kita. Hanya hayalan liar.
Rangkaian dari pandangan rumah bagus dan mobil mewah menggiring kita pada perbandingan nasib. “Enak sekali orang itu punya rumah seperti itu. Beruntung sekali orang itu memiliki mobil mewah itu.” Dan seterusnya.
Perbandingan nasib yang kita buat secara sepihak menggiring pada penihilan nikmat Allah yang selama ini diterima. “Coba saya seperti dia. Andai saya seberuntung orang itu…”
Padahal, keberuntungan dan kebahagiaan hati tidak bergantung pada yang dimiliki. Melainkan, pada kepuasan terhadap anugerah yang Allah beri.
Seberapa banyak pun aset duniawi yang dimiliki, selama belum memuaskan hati, tidak akan pernah berwujud bahagia. Selalu kurang dan kurang.
Jadi, cobalah melatih pandangan kita untuk melihat yang lebih kurang dari yang kita miliki. Dari situlah kita akan selalu merasa beruntung dan bersyukur.
Kalau kita masih punya rumah meskipun sederhana, lihatlah mereka yang tinggal di petakan. Kalau kita tinggal mengontrak di petakan, tengoklah mereka yang hanya berumahkan gerobak dorong. Dan seterusnya.
Kalau kita sedang naik mobil meskipun jadul, lihatlah mereka yang berkendara motor yang hujan kehujanan. Kalau kita menaiki motor, lihatlah mereka yang hanya bersepeda. Dan kalau kita hanya punya sepeda, lihatlah mereka yang kemana pun pergi hanya mampu dengan berjalan kaki.
Inilah hakikat dunia yang banyak orang ingin memandangnya. Banyak orang yang ingin memiliki dan menikmatinya.
Dunia tak ubahnya seperti pakaian yang dipakai. Kadang dipakai, kadang dilepas sesuai kebutuhan. Dan Allah Maha Tahu kebutuhan kita.
Pandanglah dunia sesuai kebutuhan kita. Bukan menurut keinginan kita. Dan bersyukurlah dari apa yang telah kita terima. Boleh jadi, itulah yang pas untuk ukuran kita.
Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam menasihati, Pandanglah apa yang lebih rendah dari kita, agar kita tidak menghinakan nikmat Allah yang diberikan kepada kita. [Mh]