ChanelMuslim.com- Di sebuah komplek perumahan, sekumpulan jamaah shalat sedang melaksanakan Tarawih. Ada yang menarik dari fenomena Tarawih di komplek itu.
Imam shalat melantunkan bacaannya dengan suara pol keras. Ditambah dengan alat pengeras suara, jadilah malam di perumahan itu seperti “bising” dengan bacaan-bacaan Shalat Tarawih.
Tak pernah ada tetangga atau pihak berwenang di komplek itu yang meminta masjid untuk mengecilkan volume pengeras suara mereka.
Di sekitar masjid, tampak mobil-mobil jamaah shalat yang memadati parkiran dan tepian jalan komplek. Karena melampaui batas daya tampung parkir, sejumlah mobil jamaah terpaksa parkir di taman rerumputan komplek.
Suasana seperti tidak nyaman ini berlangsung biasa saja. Dan ini terjadi bukan satu atau dua malam saja, tapi tiap malam.
Tak ada protes dari penghuni komplek yang tidak ikut shalat. Justru mereka mempersilakan mobil jamaah shalat untuk menginjak rumput-rumput taman. Bahkan tak ada wajah “keberatan” mereka mendapati pemandangan yang berbeda di komplek perumahan itu.
Kalau pemandangan ini terjadi di komplek-komplek perumahan di negeri ini, mungkin sudah menjadi hal lumrah. Sangat biasa. Kalau yang merasa aneh, kemungkinan besar mereka bukan asli Indonesia.
Namun, pemandangan ini terjadi di negeri yang muslimnya sangat minoritas. Pemandangan itu merupakan potret suasana shalat Tarawih di salah satu komplek perumahan di negeri Australia. Ramadan ini, saat ini!
**
Ini bukan potret keterpasaan atau sikap imperioriti dari warga Australia terhadap umat Islam di sana. Bukan pula karena mereka takut bersikap karena sejumlah aparat keamanan ikut memberikan tekanan: awas ada yang macam-macam!
Bukan. Bukan semua itu. Melainkan karena sebagai buah dari kesadaran mereka bahwa umat Islam berhak menjalankan ibadah sesuai tuntunan agama. Mereka seperti menikmati apa yang dinikmati umat Islam saat menjalankan ibadah.
Dan sebelumnya, umat Islam telah sukses menampilkan wajah mereka sebagai unsur penting keharmonisan lingkungan, keindahan interaksi, dan hubungan yang seperti tanpa sekat.
Toleransi sama sekali bukan buah dari ancaman pihak berwenang. Bukan pula dari aturan-aturan basa basi yang hanya manis disuarakan, tapi tak jelas diwujudkan.
Toleransi adalah seperti yang diajarkan Islam: in ahsantum, ahsantum li anfusikum. Wa in asa’tum falaha. Jika kalian berlaku ahsan (bersikap terbaik) maka kebaikan itu akan kembali ke pelakunya. Dan begitu pun sebaliknya. (muhammad nuh)