LINTAH merupakan hewan sejenis cacing yang akrab dengan darah. Dua kata ini, lintah dan darah, sudah cukup membuat orang takut. Setidaknya jijik.
Pernahkah Anda digigit lintah? Bagi yang bilang pernah, bagaimanakah rasanya? Sakit atau sangat sakit?
Sementara bagi yang belum pernah, jangankan membayangkan digigit lintah, membayangkan tersentuh lintah saja sudah bergidik.
Lintah itu ada dua jenis. Ada lintah air dan lintah darat. Lintah jenis terakhir bukan istilah ya. Karena artinya bisa berbeda jauh.
Lintah darat yaitu lintah yang biasa menempel di dedaunan untuk mencari mangsa. Sebagian orang menyebutnya pacet. Mereka yang hobi kemping sudah akrab dengan lintah jenis ini.
Sementara lintah air ukurannya lebih besar dari yang di darat. Sekitar seukuran jari tangan orang dewasa.
Nah, bagi yang pernah digigit lintah akan bisa menjawab gimana rasanya. Sakitkah? Sama sekali tidak. Bahkan keseringannya tidak terasa.
Mereka yang biasa kemping sama sekali tidak merasakan gigitan lintah atau pacet. Mereka baru menyadari kalau digigit ketika terlihat lintah itu menempel di kulit.
Jadi, gigitan lintah tidak seperti gigitan nyamuk atau gigitan semut, apalagi gigitan kucing. Hal ini karena air liur lintah yang menjadikan gigitannya tidak terasa. Air liur ini pula yang menjadikan darah yang disedot tidak menggumpal alias tetap cair.
Karena itu, mereka yang pengalaman tidak langsung mencabut lintah yang sedang menempel di kulit. Karena jika dicabut paksa maka akan terjadi pendarahan pada kulit karena darah dalam keadaan cair.
Bisa dengan cara membauri zat kimia yang tidak disukai lintah seperti garam, minyak kayu putih atau lainnya, sehingga lintah akan nyetop sendiri.
Atau, bisa juga dengan membiarkan lintah menyedot darah hingga tuntas. Kalau ia merasa kenyang, maka lintah akan jatuh dengan sendirinya. Sayangnya, lama sedotan bisa mencapai 20 hingga 30 menit.
Bahayakah gigitan lintah? Ada sebagian ahli yang menilainya bahaya karena khawatir ada bakteri atau virus di lintah.
Tapi, tidak sedikit yang menilainya aman-aman saja. Bahkan, lintah sudah biasa dijadikan sarana pengobatan sejak berabad-abad lalu. Hingga kini pun terapi pengobatan dengan lintah masih banyak.
Efek sampingnya nyaris kecil, hanya iritasi pada kulit karena adanya bekas luka gigitan lintah.
Lalu manfaatnya apa? Sebagian ahli menyatakan bahwa yang disedot lintah itu darah yang kotor. Persis seperti pengobatan dengan cara bekam ala pengobatan Nabi.
Manfaat lain dari terapi gigitan lintah adalah dari air liurnya. Para ahli menilai bahwa dari air liur inilah sel-sel kanker bisa dimusnahkan.
Jadi, selain kanker, penyakit berat lain juga bisa disembuhkan seperti penyakit jantung, diabetes, pembengkakan pada kaki, gangguan pendengaran, dan lainnya.
Jadi, masih takut digigit lintah? Bagaimana kalau sambil digigit lintah, penyakit-penyakit tadi bisa disembuhkan?
Sebagian ada yang menjawab, ah mendingan cari obat yang lain. Mungkin saja memang nggak sakit, tapi jijiknya itu lho!
**
Kadang apa yang terlihat tidak seburuk yang terjadi. Karena panca indra kita memiliki banyak keterbatasan.
Allah subhanahu wata’ala menyebutnya dengan, “Boleh jadi apa yang kalian benci padahal baik buat kalian. Dan boleh jadi apa yang kalian sukai padahal buruk buat kalian…”
Ayat ini Allah sambungkan dengan perintah kewajiban jihad. Siapa yang suka dengan bunuh-bunuhan dan perang? Tapi di balik jihad ada kehormatan yang sedang diperjuangkan.
Dan kematian dalam jihad fi sabilillah merupakan akhir hidup yang paling baik.
Hal yang sama yang kini berlangsung di Palestina. Sebagian orang mencemooh apa yang kini terjadi di Palestina: “Perang melulu, kapan beresnya!”
Namun di sisi Allah, Palestina disebut Al-Qur’an sebagai tempat yang Allah berkahi: alladzii baroknaa haulahu linuriyahu min aayaatina. (Surah Al-Israa ayat 1) [Mh]