BERGERAK itu tanda makhluk masih hidup. Teruslah bergerak, karena diam bukan hanya membuat sakit. Tapi juga pertanda makhluk sudah mati.
Islam mengajarkan umatnya untuk terus bergerak. Bergerak dalam arti berusaha mencari nafkah. Bergerak dalam arti menggerakkan tubuh, dan bergerak untuk melakukan perubahan.
Begitu pun dalam ibadah. Islam mensyariatkan shalat. Lima kali setiap hari. Rukun-rukun dalam shalat di antaranya adalah bergerak seperti yang dicontohkan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.
Hanya orang sakit yang diizinkan diam dalam shalatnya. Sementara yang sehat, harus dengan gerakan tertentu sesuai yang disyariatkan.
Bukan hanya manusia yang bergerak. Seluruh alam semesta bergerak. Seluruh penghuni langit bergerak. Dari yang alam makro hingga yang mikro, tak ada yang diam.
Bergerak Itu Sehat
Tubuh kita sehat jika terus bergerak, kecuali pada waktu-waktu untuk istirahat. Bahkan di saat istirahat pun, banyak anggota tubuh yang tak boleh diam. Antara lain, jantung.
Yang sehat bukan hanya fisik. Jiwa pun membutuhkan gerak. Rutinitas hidup yang tidak ‘bergerak’, akan menjadikan jiwa menjadi jenuh dan sakit.
Jiwa yang bergerak adalah yang selalu menyambut positif segala tantangan hidup yang Allah berikan. Ridha dengan segala takdir Allah merupakan respon positif jiwa untuk siap terus bergerak.
Jangan Pernah Diam
Diam itu melawan arus sunnatullah. Diam bisa dikatakan sebagai bentuk mematikan diri sebelum nyawa masih belum pergi.
Mungkin saja hidup memunculkan kelelahan dan butuh diam sejenak untuk istirahat. Tapi bukan diam untuk waktu yang lama. Meskipun segala fasilitas hidup sudah tersedia.
Diam bukan hanya bisa mematikan otot-otot dalam tubuh. Tapi juga bisa mematikan jiwa. Yaitu, berputus asa sebelum berusaha untuk berubah.
Diam juga bisa memunculkan berbagai racun, kuman, dan benih penyakit.
Seperti orang berolah raga yang mengeluarkan keringat. Dari keluarnya keringat, keluar pula racun dalam tubuh.
Perubahan Harus dengan Gerak
Tak ada perubahan hanya dengan diam. Karena Allah subhanahu wata’ala sudah memfasilitasi kita dengan berbagai kelebihan dari makhluk lain: fisik maupun jiwa.
Itulah di antara hikmah kenapa ada hijrah dan jihad di masa dakwah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Dan hijrah serta jihad begitu sarat dengan gerak, fisik dan jiwa.
Kalau tetap diam bisa memunculkan penyakit, maka tidak adanya pergerakan hanya akan memunculkan setan-setan baru dalam kehidupan.
Mungkin saja orang jahat yang menguasai hajat hidup penting akan berakhir masa hidupnya secara alami. Tapi tanpa pergerakan, berakhirnya penguasaan orang jahat akan digantikan dengan orang jahat baru.
Jadi, teruslah bergerak. Meskipun hasilnya tidak sesuai dengan yang diharapkan. Tapi setidaknya, tubuh dan jiwa kita akan tetap sehat. [Mh]