SEMUA orang butuh teguran. Karena tak ada manusia yang luput dari lupa dan khilaf.
Suatu kali dalam pelaksanaan Shalat Zuhur atau Ashar, para sahabat merasakan ada yang beda dengan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam sebagai imam shalat.
Shalat yang harusnya empat rakaat, tapi Nabi mengucapkan salam saat masih dua rakaat. Setelah itu Nabi berdiri dan akan beranjak meninggalkan jamaah shalat.
Saat itu ada Abu Bakar dan Umar radhiyallahu ‘anhum. Tapi, keduanya tidak berani mengatakan apa pun. Sebagian jamaah yang lain keluar masjid dan berkata satu sama lain, “Shalatnya diqashar?”
Ada seorang sahabat yang dijuliki Nabi sebagai Dzulyadain tiba-tiba mengatakan, “Wahai Rasulullah, apakah baginda lupa atau shalat tadi memang diqashar?”
Nabi menjawab, “Tidak. Aku tidak lupa. Dan shalat tidak diqashar!”
Dzulyadain menegaskan lagi, “Tidak baginda, Anda telah lupa!”
Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam shalat lagi menambah kekurangan rakaat shalat. Nabi menutup shalat dengan sujud sahwi.
Hadis ini shahih dan diriwayatkan Imam Bukhari dan Muslim. Imam Muslim menambahkan bahwa shalat tersebut saat shalat Ashar.
**
Bahkan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pun butuh teguran karena lupa. Dan belum pernah Nabi lupa dalam jumlah rakaat seperti itu.
Hadis ini juga dikenal dengan Hadis Dzulyadain. Hal ini karena sahabat Dzulyadain sajalah yang ‘berani’ menegur Nabi. Tak ada yang berani, termasuk Abu Bakar dan Umar sekali pun.
Tentu ada hikmah dari peristiwa ini. Yaitu, disyariatkannya sujud sahwi dalam shalat ketika lupa rakaat atau lainnya.
Ada juga hikmah lainnya. Bahwa, siapa pun butuh teguran dan seseorang harus berani menyampaikan teguran kepada pihak yang paling kompeten sekali pun seperti Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.
Kalau sosok sekaliber Nabi saja butuh teguran, terlebih lagi dengan kita. Dan bersyukurlah ketika ada saudara kita yang mau menegur. Karena teguran adalah kebaikan untuk semua. [Mh]