ORANG sering bilang, setiap kali ada pertemuan pasti ada perpisahan. Ada perpisahan yang bisa diprediksi kejadiannya, ada juga yang tidak.
Hidup ini seperti rangkaian berbagai ‘ruang’ pertemuan dan perpisahan. Ada pertemuan dan perpisahan yang rutin seperti ‘ruang’ kerja, pendidikan, tempat tinggal, dan lainnya. Ada pula yang jangka panjang.
Masalahnya, kita merasa biasa mengalami pertemuan, tapi terasa luar biasa ketika mengalami perpisahan. Padahal keduanya alami: ada pertemuan pasti ada perpisahan.
Itulah mengapa banyak komunitas yang melakukan selebrasi di momen perpisahan. Misalnya, momen perpisahan sekolah, perpisahan tahun, akhir masa tugas, dan lainnya.
Hal ini karena perpisahan seolah menjadi hal yang tidak biasa. Padahal, ia sebagai konsekuensi dari adanya pertemuan.
Tidak seorang pun yang menangis haru ketika mengalami pertemuan dengan sebuah lingkungan baru. Sebaliknya, orang bisa menangis tersedu-sedu ketika di momen perpisahan.
Kenapa? Jawabannya ada pada kata ‘cinta’. Di momen pertemuan, cinta belum ada. Tapi seiring bergulirnya waktu dan interaksi, cinta tumbuh bersemi. Dan momen perpisahan menyadarkan seseorang bahwa yang akan mereka lepas bukan perjumpaannya, tapi karena cintanya.
Persis seperti anak kecil yang biasa saja ketika mendapat mainan baru. Tapi akan menangis ketika mainan yang sudah menjadi lama itu harus ia lepas dan tinggalkan.
Begitu pun ketika perpisahan yang tidak biasa. Seperti perpisahan sebuah anggota keluarga untuk selamanya. Yang mereka tangisi bukan hilangnya sosok yang biasa dijumpai, tapi hilangnya cinta yang sudah terjalin dan tumbuh lama.
Inilah drama kehidupan kita. Dan dalam hidup ini, selalu ada perpisahan: rela atau terpaksa, sadar atau lepas begitu saja, dan seterusnya. Variabel yang hilang sekali lagi bukan sosoknya, tapi cintanya.
Begitu pun di akhir drama masing-masing sosok kita. Siapa pun kita akan mengalami perpisahan total. Perpisahan yang tidak sekadar dari ruang satu ke ruang yang lain. Tapi perpisahan dengan hidup ini.
Bedanya dengan perpisahan ‘ruang-ruang’ kehidupan di dunia ini di mana kita kehilangan cinta. Justru dan sepatutnya, kita akan berjumpa dengan cinta baru yang sangat luar biasa. Yaitu bertemu dengan cinta dari Yang Maha Pengasih dan Penyayang.
Jangan heran jika di momen ini, orang-orang sekitar menangis tersedu-sedu, tapi yang pergi dalam perpisahan itu justru bahagia.
Maha Benar Allah dalam firman-Nya, “Wahai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang Ridha dan diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam golongan hamba-hamba-Ku, dan masuklah ke dalam surga-Ku.” (QS. Al-Fajr: 27-30)
Jadi, silahkan sedih dan menangis ketika kita mengalami momen perpisahan. Tapi belajarlah untuk bahagia ketika kita yang terpisah untuk selamanya. [Mh]