ChanelMuslim.com- Tak ada yang janggal dari seorang guru sekolah dasar ini kecuali satu hal. Setiap kali datang mengajar, Pak Guru muda ini selalu membawa ibunya ke kelas.
Ia tidak sedang pamer kepada ibunya tentang bagaimana hebatnya ia mengajar sehingga disukai semua murid. Tapi, itu semata-mata karena ia ingin bisa mengawasi ibunya. Jadilah ibunya yang pikun itu seperti salah seorang murid yang tetap di kelas hingga mengajar berakhir.
Begitulah yang dilakukan sang guru ketika datang untuk mengajar. Ia boncengi ibunya dengan sepeda motor sederhananya ke tempat ia mengajar. Dan di saat istirahat, guru yang tidak pernah mempedulikan apa kata orang ini pun tak sungkan untuk menyuapi ibunya untuk makan siang.
Keberadaan seorang ibu tua dengan penampilan yang aneh, pikun, dan tak pernah bicara ini ternyata sangat mengganggu para orang tua murid. Mereka khawatir itu akan mengurangi konsentrasi murid dan guru itu sendiri. Suasana pun seperti tak layak sebagaimana kelas belajar yang semestinya.
“Kami protes dengan keadaan ini,” ucap dua orang ibu yang sengaja menemui kepala sekolah.
Protes ini membuat kepala sekolah gelisah. Dan ini bukan kali pertama, beberapa ibu yang biasa mengantar putera-puteri mereka ke sekolah juga sudah mengungkapkan hal yang sama.
“Maaf Pak Guru. Saya ingin menyampaikan aspirasi orang tua murid tentang keberadaan ibu Anda yang selalu ada di kelas,” ucap Pak Kepala Sekolah kepada sang guru seusai jam belajar berakhir.
Pak Guru muda ini pun tampak bingung, sesekali pandangannya ke arah luar ruangan untuk memastikan keberadaan ibunya yang duduk di depan ruangan kepala sekolah.
Di sekeliling sekolah, murid-murid mulai beranjak meninggalkan sekolah bersama ibu mereka yang menjemput. Ada yang mengendarai mobil, motor, angkot, dan ada juga yang berjalan kaki.
“Bu, kalau aku besar nanti, aku akan mengantar ibu kemana pun ibu pergi,” ucap sekolah murid kepada ibunya saat berada dalam mobil.
Sang ibu pun agak terperanjat dengan kata-kata indah itu. Apakah ini pengaruh positif dari keberadaan ibu tua sang guru yang selalu berada di kelas. Ada kesadaran baru yang tak terpikir oleh ibu itu.
Rupanya, kata-kata sederhana seorang murid tentang keinginannya untuk mengurus ibunya di saat dewasa nanti juga terucap dari murid-murid lain kepada ibu mereka. Sebuah kesadaran baru tiba-tiba menyegarkan cara pandang mereka terhadap ibu sang guru.
“Bagaimana menurut Anda, Pak Guru?” ucap Pak Kepala Sekolah kepada sang guru.
Belum lagi ia mau menjawab, tiba-tiba ia mendapati ibunya sudah tidak ada di depan ruangan kepala sekolah. Betapa paniknya sang guru.
“Maaf, Pak, saya mau mencari ibu saya sebentar,” ucapnya sambil beranjak cepat untuk mencari keberadaan ibunya.
“Ibu! Ibu! Ibu!” teriaknya di hampir semua kelas yang sudah kosong. Sang guru berlari menuruni tangga sekolah, mencari di semua sudut halaman, toilet, parkiran, dan lainnya.
Melihat kepanikan sang guru, beberapa murid yang masih belum berangkat pulang pun ikut mencari. Karena anak-anak mereka sibuk mencari, para orang tua yang sudah siap dengan jemputan ini pun terpaksa ikut mencari.
Terlihatlah sebuah pemandangan mendadak. Hampir semua orang yang ada di sekolah berhamburan ke semua arah untuk mencari keberadaan ibu sang guru. Namun, yang dicari tak juga ketemu.
“Ma, berhenti sebentar,” ucap seorang murid kepada ibunya ketika sudah berada di jalan dengan mobil mereka.
Setelah mobil berhenti, anak ini pun keluar mobil dan berlari menuju arah belakang mobil. Ibu anak ini pun bingung tak mengerti. Ia keluar mobil mengikuti puteranya.
“Nenek? Nenek mau kemana? Pak Guru mencari-cari Nenek,” ucap sang anak yang begitu menarik perhatian ibunya.
Rupanya, ibu sang guru yang dicari-cari sudah berada jauh di sebuah jalan. Ibu sang guru tampak linglung. Ia tak menjawab apa-apa, hanya terdiam menatapi seorang murid dan ibunya.
Tak lama, Pak Guru yang datang yang terengah-engah menghampiri tempat di mana mereka berada. “Ibu!” suara sang guru sambil memeluk ibunya.
Pemandangan indah ini begitu menyentuh hati ibu dari murid ini. Keduanya larut dalam keharuan Pak Guru yang menemukan ibunya.
Keesokan harinya, di sebuah kelas, Pak Kepala Sekolah sudah berada di hadapan para orang tua murid. “Saya ingin menceritakan bagaimana Pak Guru anak-anak kalian merawat ibunya.
“Setiap hari, ia mengantar ibunya kemana pun sang ibu pergi. Ia memandikan ibunya, mengganti baju, mengantar ke tempat tidur, menyuapi makan dan minum, dan seterusnya.
“Bapak Ibu sekalian yang saya hormati. Silakan jika di antara kalian yang keberatan dengan keberadaan ibu sang guru di kelas, mohon tulis nama kalian di kertas ini,” ucap Pak Kepala Sekolah penuh haru.
Semua bapak ibu yang hadir tampak tertunduk. Mereka merasa malu telah salah menilai. Mereka kini menyadari kalau keberadaan ibu sang guru di kelas telah mendidik karakter anak-anak mereka tentang keharusan berbuat baik kepada ibu.
**
Ibu, ibu, ibu. Ibu yang telah sembilan bulan lebih mengandung. Ibu yang telah mengambil resiko kematian untuk melahirkan. Dan ibu yang telah menyusui anak-anak mereka selama kurang lebih dua tahun.
Ibu, ibu, ibu. Berapa pun yang telah kami keluarkan, apa pun yang kami lakukan untukmu; tak akan pernah menyamai jasamu kepada kami. Robbigfirli waliwaalidayya warhamhuma kama robbayaani shogiro. (muhammad nuh)