RENDAH hati itu bukan pencitraan. Meskipun terhadap anak-anak kecil.
Allah subhanahu wata’ala berfirman, “Dan berendah dirilah kamu terhadap orang-orang yang beriman.” (QS. Al-Hijr: 15)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Sesungguhnya Allah telah mewahyukan kepadaku agar bersikap tawadhu’, hingga seorang tidak menyombongkan dirinya di hadapan orang lain dan tidak saling menganiaya.” (HR. Muslim)
Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu: sesungguhnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam melewati beberapa anak kecil. Maka, beliau mengucapkan salam pada mereka.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu: Sungguh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam biasa berkunjung ke orang-orang Anshar. Kemudian, beliau memberi salam kepada anak kecil mereka dan mengusap kepala mereka.” (HR. Ibnu Hibban)
Imam Hasan Al-Bashri berkata, “Tahukah kalian apa itu tawadhu? Tawadhu adalah engkau menjumpai seorang muslim, kemudian engkau merasa bahwa ia lebih mulia darimu.”
Imam Syafi’i mengatakan, “Orang yang paling tinggi kedudukannya adalah mereka yang tidak pernah menampakkan kedudukannya. Dan orang yang paling mulia adalah mereka yang tidak pernah menampakkan kemuliannya.” (Syu’abul Iman, Al-Baihaqi)
**
Rendah hati itu cerminan penghormatan terhadap keagungan Allah dan rasa syukur karena Allah telah menutup begitu banyak aibnya dari mata manusia. Keluar dari dalam hatinya secara tulus. Tidak dibuat-buat.
Terlebih lagi rendah hati terhadap anak-anak. Inilah di antara batu uji rendah hati yang sederhana. Karena rendah hati terhadap anak kecil tidak akan memberikan keuntungan kecuali dilakukan di depan orang tua atau kerabatnya.
Orang yang tulus tidak akan membeda-bedakan kepada siapa ia harus rendah hati. Meskipun terhadap anak kecil dan pelayan rendahan. [Mh]