MUHASABAH itu menghitung keadaan diri: tentang banyaknya amal, banyaknya dosa, banyaknya kelalaian.
Allah subhanahu wata’ala berfirman, “Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa jika mereka dibayang-bayangi pikiran jahat (berbuat dosa) dari setan, mereka pun segera ingat (kepada Allah). Maka, seketika itu juga mereka melihat (kesalahan-kesalahannya).” (QS. Al-A’raf: 201)
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Orang yang cerdas (sukses) adalah yang menghisab dirinya sendiri, serta beramal untuk kehidupan sesudah kematiannya.
“Sedangkan orang yang lemah adalah orang yang mengikuti hawa nafsunya serta berangan-angan terhadap Allah subhanahu wata’ala.” (HR. Tirmidzi)
Umar bin Khatthab radhiyallahu ‘anhu mengatakan, “Hisablah dirimu sebelum Allah menghisab kalian (kelak).”
Imam Al-Ghazali mengatakan, “Muhasabah itu seperti pedagang yang begitu cermat menghitung modal, untung, dan rugi terhadap usahanya.”
**
Tidak sedikit orang yang begitu hati-hati dengan dosa besar, tapi menyepelekan dosa kecil. Padahal, dosa yang dianggap kecil, jika sering dilakukan akan menumpuk menjadi besar.
Setan juga selalu membangun ‘imajinasi sukses’ bahwa kita pasti masuk surga tanpa perlu banyak beramal soleh. Di sisi lain, setan juga membangun ‘imajinasi nihil’ atas dosa-dosa yang kita lakukan.
Bermuhasabahlah seperti pedagang yang cermat menghitung untung rugi dagangannya. Rajinlah bermuhasabah sebelum setan sukses memperdaya kita. Rajinlah bermuhasabah sebelum akhirnya kita menyesal dan terlambat. [Mh]