ChanelMuslim.com- Seorang gadis berada di dua pilihan yang sulit tentang calon suami. Salah satu calon soleh tapi miskin. Satunya lagi kaya tapi ilmu agamanya minim.
Dua pilihan itu datang di saat bersamaan. Padahal, ia sudah menunggu begitu lama tentang seseorang yang mau melamarnya.
Ia sudah berdoa siang dan malam kapan ada calon suami yang akan datang melamarnya. Dan kini, yang datang itu bukan cuma satu. Tapi dua sekaligus.
Ia bingung harus pilih yang mana. Kalau pilih yang soleh, ia harus siap melakoni hidup dalam keprihatinan. Padahal, semua orang ingin hidup mapan. Tanpa kekurangan.
Sementara kalau ia pilih yang kaya, ia harus memaklumi dengan keadaan suaminya yang minim agama. Dan itu berarti, perjalanan rumah tangganya akan rawan salah jalan.
Lama ia berpikir dan menimbang. Padahal, kedua calon suaminya itu butuh jawaban cepat karena sesuatu alasan.
Ia konsultasi ke sana dan ke sini. Ada yang kasih saran, baiknya pilih yang soleh meski miskin. Karena, suatu saat dengan kesolehannya, doanya akan dikabulkan Allah sehingga bisa menjadi kaya.
Saran kedua menyanggah. Mau sampai kapan menunggu doa dikabulkan. Karena doa itu rahasia Allah. Dan selama penantian doa dan ikhtiar itu, apa siap ia hidup miskin bertahun-tahun. Bahkan seumur hidup.
Kenapa tidak pilih yang kaya walau minim agama. Toh dengan sarana yang memadai, ilmu agama bisa gampang dicari. Apalagi di zaman canggih teknologi.
Tapi, si gadis tetap dalam bingung. Semakin banyak masukan, semakin banyak pertimbangan yang datang di pikirannya.
Setelah lama menimbang, akhirnya ia berani mengambil pilihan. Ia pilih yang kedua: kaya tapi minim agama. Hal ini karena alasannya begitu lebih mudah diterima. Lebih jelas kepastiannya.
Si gadis pun mengabarkan pilihannya ke calon kedua. Tapi, rupanya ia belum beruntung. Sang calon sudah menikah dengan gadis lain. Ini terjadi karena jawaban yang terlalu lama dari sang gadis.
Sang gadis pun memaklumi. Berarti, pilihannya sekarang jatuh pada yang pertama. Karena memang tidak ada pilihan lain, daripada tidak punya pilihan.
Ia pun mengabarkan pilihannya kepada yang pertama. Lagi-lagi sayang nasib belum berpihak kepadanya. Sang calon dikabarkan juga sudah menikah dengan wanita lain. Hal ini dengan alasan yang sama: terlalu lama menunggu jawaban dari sang gadis.
Sang gadis baru menyadari satu hal. Bahwa pilihan itu bukan sekadar akurat dan tepat. Tapi juga harus cepat.
**
Buah simalakama. Itulah yang mungkin pas untuk diucapkan. Dua pilihan sulit yang jika diambil satu, berarti meniadakan lainnya.
Masalahnya sederhana. Jangan biaskan pilihan dengan keinginan subjektif. Antara lain, ingin hidup enak, ingin kaya, dan lainnya. Padahal, hal utamanya adalah ia sedang mencari jodoh, bukan mencari harta.
Keinginan mendapatkan yang lebih memang selalu membuat manusia kerap lupa. Bahwa, ada waktu yang harus ia pertimbangkan. Dan jika waktu habis, lenyap pula semua pilihan itu.
Boleh jadi, seperti itu pula yang kini dihadapi petinggi negeri ini. Antara pilihan kesehatan rakyat, dan pilihan pertumbuhan ekonomi. Dan berlarut-larutnya waktu adalah sama dengan jumlah kematian. Kematian rakyat, dan juga kematian karir jabatannya. [Mh]