MENCURI yang diperbolehkan adalah mencuri hati. Yaitu, menempatkan diri pada posisi spesial di hati orang lain.
Semua orang bisa berinteraksi satu sama lain. Ada interaksi suami istri, orang tua anak, pertemanan, sesama kawan kerja, anggota organisasi, hingga bertetangga.
Tapi dari semua interaksi itu, ada target-target yang dibidik secara khusus. Bukan dalam maksud buruk. Justru sebaliknya, menyelinapkan diri pada posisi spesial di hati yang ditarget.
Jika target itu tercapai, maka aka nada jalinan khusus di mana interaksinya tidak sekadar rutinitas biasa. Tapi sebuah interaksi yang menyertakan hati.
Kadang, suami istri sekali pun, ada yang berinteraksi secara reguler atau sebatas interaksi biasa. Keduanya bergerak hanya sebatas ikatan formal dan jalinan hak dan kewajiban sebagai suami istri.
Jangan heran jika sudah bertahun-tahun sebagai suami istri, tapi ada yang merasa kalau tidak ada cinta di antara mereka.
Jika memang itu yang kita rasakan saat ini, segeralah untuk mencuri hati suami atau istri tersayang itu. Jangan biarkan keduluan pihak lain.
Begitu pun interaksi orang tua dan anak. Jangan biarkan hubungan dua pihak itu sebatas dalam koridor hak dan kewajiban. Semestinya dalam ikatan saling cinta. Segeralah untuk mencuri hati mereka.
Dalam cakupan yang lebih luas, dinamikanya hampir sama. Yaitu, tidak membiarkan hubungan rutin itu sebatas interaksi reguler saja. Tapi ada jalinan saling cinta. Tentu cinta dalam arti yang luas.
Namun jangan sekali-kali mencuri hati sosok-sosok yang sudah menjadi ‘milik’ orang lain. Karena urusannya bisa panjang dan jelimet.
Mencuri ‘Hati’ Tuhan
Mencuri hati tidak sekadar ditujukan terhadap sesama manusia. Bisa juga kepada pihak lain. Seperti terhadap hewan peliharaan, tumbuhan kesayangan, dan satu lagi yang sangat luar biasa: Allah subhanahu wata’ala.
Mencuri ‘hati’ Tuhan tentu dalam makna yang khusus. Yaitu, bagaimana ada jalinan yang spesial antara kita dengan Allah subhanahu wata’ala. Jika itu yang kita peroleh, apa pun yang baik untuk kita, akan Allah penuhi. Sebaliknya, apa pun yang buruk, akan Allah hindari.
Bagaimana caranya? Dalam Surah Al-Isra ayat 79, Allah subhanahu wata’ala berfirman, “Dan pada sebagian malam, lakukanlah shalat tahajud (sebagai ibadah) tambahan bagimu. Mudah-mudahan Tuhanmu mengangkatmu ke tempat yang terpuji.”
Itulah cara para Nabi dan Rasul, para salafus soleh, untuk bisa mencuri ‘hati’ Tuhan. Yaitu, dengan memanfaatkan waktu khusus di tengah malam untuk qiyamul lail, untuk bisa ‘mencurahkan’ hati kepada Yang Maha Kasih dan Sayang.
Sayangilah semua yang ada di bumi, niscaya semua yang di langit akan menyayangi kita.
Jadi, masih ragu untuk bisa mencuri hati? Cobalah berkali-kali. Karena dengan begitu, setidaknya, hati kita tidak menjadi ‘mati’. [Mh]