SEORANG bocah mencermati ayahnya memancing. Ia berada di tepian sebuah kolam luas, sejumlah orang tampak asyik menikmati kegiatan memancing.
Sang bocah tidak begitu memperhatikan berapa orang yang ada di sekitar kolam. Juga tidak memperhatikan seperti apa keasyikan mereka.
Ia begitu tertarik dengan gerak-gerik ikan saat terperangkap dalam kail dan menggelepar-gelepar saat pancingan menjeratnya keluar kolam.
“Aneh!” ucapnya sambil pandangannya tertuju pada ikan yang terperangkap pancingan orang.
Sang ayah menoleh ke anaknya. “Apanya yang aneh, Nak?” tanyanya.
“Aneh, kenapa ikan-ikan secara bergantian bisa terpancing dengan alat yang sama, padahal mereka di kolam yang sama. Apa ikan-ikan tidak punya nalar sama sekali kalau yang mereka makan itu umpan pancingan?” ungkapnya.
Sang ayah tersenyum. Ia kagum dengan pengamatan anaknya yang sebegitu dalam.
“Anakku, ikan-ikan itu bukan tidak punya nalar, atau tidak mau mengambil pelajaran dari nasib buruk saudara-saudaranya.
“Tapi…, mereka tidak bisa menahan nafsunya. Nafsunya pun bisa membutakan nalarnya,” jelas sang ayah yang diiringi anggukan anaknya.
**
Hidup ini ujian dan godaan. Ujian berisi hal tidak enak yang mengukur kesabaran seseorang. Dan godaan merupakan hal menarik yang mengukur kedalaman nalar dan hati seseorang.
Seperti halnya ikan-ikan di kolam pancing, tidak banyak dari kita yang bisa mengambil ibroh dari nasib buruk seseorang pasca terpedaya dengan godaan.
Ada koruptor yang masuk penjara. Ada kriminal yang dibui polisi. Ada pemuda yang sakit parah karena kecanduan narkoba. Dan lain-lain.
Bukan mereka tidak melihat bahaya dari perbuatan buruk itu. Tapi seperti halnya yang diucapkan sang ayah kepada anaknya, “Nafsu mereka membutakan nalarnya!” [Mh]