MENYERANG tidak selalu harus dengan senjata. Kadang dengan cinta, justru bisa lebih ‘mematikan’ lawan.
Di Amerika, ada komunitas para dai yang berdakwah dengan cara yang tidak biasa. Mereka tidak ceramah di mimbar podium. Tidak juga melalui dialog antar agama. Tapi, melalui hadiah.
Caranya? Seorang dai dengan busana muslim seperti hendak ke masjid: baju koko panjang, kopiah putih, janggut tebal, dan berdiri di tempat keramaian.
Ia membawa ‘gembolan’ besar dari bahan kain dengan penampilan seperti pengemis. Di setiap orang yang dijumpai, sang dai mengatakan, “One dollar, please….” Minta satu dolar, dong.
Ia meminta ke siapa saja: pria, wanita, tua, muda, kaya, miskin, kulit hitam, kulit putih, dan lainnya.
Sang dai tidak terlihat sungkan untuk meminta. Dan umumnya orang yang diminta, tidak memberikan respon yang berarti. Hanya abai saja sambil terus berlalu. Kecuali, yang ‘digerakkan’ hatinya oleh Allah subhanahu wata’ala.
Ketika ada orang yang mau memberikan uang kertas satu dollar, ia tidak lantas menerimanya. Ia bertanya beberapa hal.
Misalnya, “Kenapa Anda mau memberikan saya satu dollar padahal banyak orang lain yang abai begitu saja?”
Tentu saja yang ditanya agak bingung. “Saya memberikan karena Anda meminta,” jawab mereka.
“Apa Anda muslim sehingga kasihan dengan saudaranya sesama muslim seperti saya?” tanyanya lagi.
Menariknya, umumnya yang ngasih ternyata non muslim. Mereka menyatakan hanya karena kasihan.
Setelah tanya jawab singkat itu selesai, sang dai tidak menerima uang pemberian itu. Sebaliknya, ia mengeluarkan dari ‘gembolan’nya uang segepok senilai seratus dollar.
Sang dai mengatakan, “Karena Anda sudah mau menolong saya dengan ngasih satu dollar, maka Anda pantas mendapat balasan seratus kali lipat, yaitu seratus dollar!”
Orang yang semula merasa ‘di atas’ dengan uang satu dollar pun tiba-tiba terkejut dan merasa ‘terjatuh’ mentalnya.
Sang dai menjelaskan bahwa ia tidak sungguh meminta-minta. Ia sedang melakukan uji coba sosial. Ia pun menjelaskan bahwa Tuhan akan membalas kebaikan sedekah seseorang sebesar seratus kali lipat.
Awalnya orang agak ragu menerima pemberian sang dai itu. Tapi sang dai meyakinkannya bahwa uang ini sungguhan dan hadiah dari Allah subhanahu wata’ala.
Kalau yang ngasih itu non muslim, maka sang dai menjelaskan bahwa ia juga akan memberikannya hadiah istimewa yang lebih bernilai dari seratus dollar. Yaitu, sebuah mushaf Al-Qur’an dengan terjemahan bahasa Inggris.
Dan jika yang ngasih itu ternyata seorang muslim, maka sang dai akan menambahkan segepok lagi uang seratus dollar. Karena yang memberi satu dollar itu, menurut sang dai, tergerak karena ingin membantu saudaranya sesama muslim.
“Apa yang Allah akan balaskan untukmu di akhirat jauh lebih besar, saudaraku!” ucapnya sambil memeluk jika ia laki-laki. Jika wanita, cukup dengan senyuman sang dai.
Baik yang muslim maupun non muslim, ekspresi mereka begitu antusias mendengarkan tausiyah singkat sang dai. Mereka tampak begitu haru, dan sedikit rasa malu.
Jika yang non muslim bertanya-tanya tentang isi mushaf Al-Qur’an yang diberikan, maka sang dai akan dengan suka rela menjelaskan lebih menarik lagi. Tidak sedikit di antara mereka yang akhirnya masuk Islam.
Allah subhanahu wata’ala berfirman, “Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia.” (QS. Fussilat: 34)
Jadi, ‘seranglah’ lawan-lawan kita dengan cinta. Niscaya, perubahan luar biasa akan kita rasakan dari mereka. [Mh]