HAL apa saja yang dilakukan Rasulullah saat berada di bulan Ramadan? Di bulan Ramadan ini, tentunya kita harus bersemangat untuk tetap giat memburu berbagai kebaikan dari Allah. Salah satu panduan dan teladan yang menjadi acuan adalah apa yang telah diteladani oleh Rasulullah.
Baca Juga: Tradisi Buka Bersama Sudah Dimulai Sejak Zaman Rasulullah
Hal yang Dilakukan Rasulullah saat Berada di Bulan Ramadan
Di bawah ini adalah beberapa kebiasaan dan petunjuk Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pada bulan Ramadan seperti dikutip dari almanhaj.or.id
1. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak akan memulai puasa kecuali jika beliau sudah benar-benar melihat hilal atau berdasarkan berita dari orang yang bisa dipercaya tentang munculnya hilal atau dengan menyempurnakan bilangan Sya`ban menjadi tiga puluh.
2. Berita tentang terbitnya hilal tetap beliau terima sekalipun dari satu orang dengan catatan orang tersebut bisa dipercaya. Ini menunjukan bahwa khabar ahad bisa diterima.
3. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang umatnya mengawali Ramadan dengan puasa satu atau dua hari sebelumnya kecuali puasa yang sudah terbiasa dilakukan oleh seseorang. Oleh karena itu, beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang umatnya berpuasa pada hari Syak (yaitu hari yang masih diragukan, apakah sudah tanggal satu Ramadhan ataukah masih tanggal 30 Sya’bân-red)
4. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berniat untuk melakukan puasa saat malam sebelum terbit fajar dan beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menyuruh umatnya untuk melakukan hal yang sama. Hukum ini hanya berlaku untuk puasa-puasa wajib, tidak untuk puasa sunat.
5. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak memulai puasa sampai benar-benar terlihat fajar shadiq dengan jelas. Ini dalam rangka merealisasikan firman Allâh Azza wa Jalla :
وَكُلُوا وَاشْرَبُوا حَتَّىٰ يَتَبَيَّنَ لَكُمُ الْخَيْطُ الْأَبْيَضُ مِنَ الْخَيْطِ الْأَسْوَدِ مِنَ الْفَجْرِ
“Dan makan serta minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar.” [al-Baqarah/2:187]
Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menjelaskan kepada umatnya bahwa fajar itu ada dua macam fajar shâdiq dan kâdzib. Fajar kadzib tidak menghalangi seseorang untuk makan, minum, atau menggauli istri. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah ekstrem kepada umatnya, baik pada bulan Ramadhân ataupun bulan lainnya. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah mensyari’atkan adzan (pemberitahuan) tentang imsak.
6. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menyegerakan berbuka dan mengakhirkan sahur. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
لَا تَزَالُ أُمَّتِي بِخَيْرٍ مَا عَجَّلُوا الْفِطْرَ
“Umatku senantiasa baik selama mereka menyegerakan berbuka”
7. Jarak antara sahur Rasulullah dan iqamah seukuran bacaan lima puluh ayat
8. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam memiliki akhlak yang sangat mulia. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah orang yang paling mulia akhlaknya.
Bagaimana tidak, akhlak beliau adalah Al-Qur`an, sebagaimana diceritakan oleh Aisyah Radhiyallahu ‘anha. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam sangat menganjurkan umatnya untuk berakhlak mulia, orang-orang yang sedang menunaikan ibadah berpuasa. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّورِ وَالْعَمَلَ بِهِ فَلَيْسَ لِلَّهِ حَاجَةٌ فِي أَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ
“Barangsiapa yang tidak meninggalkan perkatan dan perbuatan dusta, maka tidak membutuhkan puasanya sama sekali.”
9. Rasûlullâh sangat memperhatikan muamalah yang baik dengan keluarganya. Pada bulan Ramadan, kebaikan beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada keluarga semakin meningkat lagi.
10. Puasa tidak menghalangi beliau untuk sekedar memberikan kecupan manis kepada para istrinya. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah orang yang paling kuat menahan nafsunya.
11. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak meninggalkan siwak, baik di bulan Ramadan maupun di luar Ramadan guna membersihkan mulutnya dan upaya meraih keridhaan Allah Azza wa Jalla.
12. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah berbekam padahal beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam sedang menunaikan ibadah puasa. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam membolehkan umatnya untuk berbekam sekalipun sedang berpuasa. Pendapat yang kontra dengan ini berarti mansukh (telah dihapus).
13. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah berjihad pada bulan Ramadan dan menyuruh para sahabatnya untuk membatalkan puasa mereka supaya kuat saat berhadapan dengan musuh.
Di antara bukti Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam sayang kepada umatnya yaitu beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam membolehkan orang yang sedang dalam perjalanan, orang yang sakit dan orang yang lanjut usia serta wanita hamil dan menyusui untuk membatalkan puasanya.
14. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam lebih bersungguh-sungguh dalam menjalankan ibadah pada bulan Ramadan bila dibandingkan dengan bulan-bulan lain, terutama pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadan untuk mencari lailatul qadr.
15. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam beri’tikaf pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadan kecuali pada tahun menjelang wafat, beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam beri’tikaf selama dua puluh hari. Ketika beri’tikaf, beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam selalu dalam keadaan berpuasa
16. Ramadan adalah syahrul Qur’ân (bulan al-Qur’ân), sehingga tadarus al-Qur’ân menjadi rutinitas beliau, bahkan tidak ada seorangpun yang sanggup menandingi kesungguh-sungguhan beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam tadarus al-Qur’ân.
Malaikat Jibril Alaihissallam senantiasa datang menemui beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk tadarus al-Qur’ân dengan Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
17. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah orang yang dermawan. Kedermawanan beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam di bulan Ramadan tidak bisa digambarkan dengan kata-kata. Kedermawanan beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam ibarat angin yang bertiup membawa kebaikan, tidak takut kekurangan sama sekali.
18. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah seorang mujahid sejati. Ibadah puasa yang sedang beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam jalankan tidak menyurutkan semangat beliau untuk andil dalam berbagai peperangan.
Dalam rentang waktu sembilan tahun, beliau mengikuti enam pertempuran, semuanya terjadi pada bulan Ramadan. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga melakukan berbagai kegiatan fisik pada bulan Ramadan, seperti penghancuran masjid dhirâr, penghancuran berhala-berhala milik orang Arab, penyambutan duta-duta, penaklukan kota Makkah, bahkan pernikahan beliau dengan Hafshah
Intinya, pada masa hidup Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam, bulan Ramadhân merupakan bulan yang penuh dengan keseriusan, perjuangan dan pengorbanan.
Ini sangat berbeda dengan realita sebagian kaum Muslimin saat ini yang memandang bulan Ramadan sebagai saat bersantai, malas-malasan atau bahkan bulan menganggur atau istirahat.
Semoga Allâh Azza wa Jalla memberikan taufik kepada kita untuk selalu mengikuti jejak Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam, hidup kita diatas sunnah dan semoga Allah Azza wa Jalla mewafatkan kita juga dalam keadaan mengikuti sunnah Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam. [Mh/Cms]