CAHAYA itu harapan di saat gelap. Seredup apa pun cahaya, di situlah ada yang bergerak mengejar.
Mungkin kita akan bingung kenapa beberapa tikus mati terlindas kendaraan di jalan. Apa yang ada di pikiran tikus sehingga begitu nekat menyeberang jalan di saat gelap.
Sebenarnya, tikus nekat menyeberang jalan bukan untuk mengejar mangsa. Bukan pula karena lari menghindar predator.
Melainkan, mereka lupa diri demi untuk mengejar sorotan cahaya kendaraan. Tikus-tikus mengira itulah harapan, tapi sebenarnya malapetaka.
Hal yang sama dirasakan banyak serangga. Perhatikanlah ribuan laron yang keluar dari sarang yang gelap untuk mengejar cahaya.
Sebagian besar mereka mati karena sengatan panas dari lampu yang berpijar. Meski begitu, sebagian yang lain tetap meyakini bahwa cahaya itu adalah harapan yang harus dikejar.
**
Suasana gelap tidak hanya dirasakan hewan dan serangga. Ketika penghidupan terasa sulit, di situ pula banyak orang yang berharap ada secercah cahaya.
Cahaya biasa datang dari atas: dari para pemimpin, dari sosok-sosok yang diharapkan bisa menggerakkan perubahan.
Namun, tidak semua cahaya bersinar tulus. Ada cahaya yang menipu dan ada cahaya yang membawa malapetaka. Seperti tikus yang mati karena mengejar cahaya, dan seperti ribuan laron yang juga binasa karena sengatan ‘panas’ di balik daya tarik cahaya.
Jadilah seperti tanaman yang istiqamah terus mengejar cahaya yang hakiki dari matahari. Bukan cahaya abal-abal yang berujung petaka. [Mh]