BERKAH merupakan kebaikan yang banyak. Tidak selalu berupa materi, tapi kebaikan yang Allah ridhai.
Ada kisah menarik dari Maryam binti Imran alaihimussalam. Dialah satu-satunya wanita yang namanya disebut dalam Al-Qur’an. Dan darinya pula lahir seorang Nabi besar: Isa alaihissalam.
Maryam merupakan anak dari ulama Bani Israil, yaitu Imran. Sayangnya, Imran wafat sebelum Maryam lahir.
Ibu dari Maryam yang hamil tua bernazar kepada Allah akan ‘mewakafkan’ anaknya nanti sebagai pengurus Baitul Maqdis. Namun ketika Maryam lahir, ibunya terkejut karena yang lahir itu bayi perempuan bukan laki-laki seperti yang ia bayangkan.
Tak lama setelah melahirkan, Ibu dari Maryam juga wafat. Waktu itu, para pengurus Baitul Maqdis berebut untuk diangkat menjadi orang tua angkat sekaligus pendidik dari Maryam. Setelah dilakukan undian, ternyata yang terpilih adalah Nabi Zakaria alaihissalam.
Keadaannya memang pas. Pertama, Nabi Zakaria memang orang yang sangat soleh. Istrinya merupakan saudara kandung dari ibunya Maryam. Selain itu, ia dan istrinya belum dikaruniai anak. Padahal, pernikahan mereka sudah berlalu puluhan tahun.
Nabi Zakaria begitu menyayangi Maryam, seperti anaknya sendiri. Ia mendidik Maryam dengan penuh tanggung jawab.
Nabi Zakaria khawatir dengan lingkungan sekitar Baitul Maqdis yang saat itu tidak selalu baik. Karena itulah, ia menempatkan Maryam kecil di sebuah tempat di Baitul Maqdis yang tidak banyak diketahui orang. Tempat itu disebut mihrab atau sebuah kamar khusus.
Sejak kecil hingga remaja, Maryam tidak pernah keluar dari mihrab. Ia tidak berinteraksi dengan siapa pun kecuali Nabi Zakaria dan istrinya.
Di sisi lain, Nabi Zakaria pun begitu takjub dengan perkembangan Maryam. Ia selalu mendapati Maryam sedang shalat di mihrabnya. Kegiatannya selalu ibadah dan ibadah.
Diam-diam, Nabi Zakaria juga rindu dengan kehadiran sosok bayi yang lahir dari istrinya sendiri. Anak kandung yang kelak akan meneruskan tugas penting mengurus Baitul Maqdis dan dakwahnya.
Puluhan tahun Nabi Zakaria berdoa kepada Allah, tapi belum juga membuahkan hasil. Tapi, ia tetap husnuzhan atau berbaik sangka kepada Allah. Mungkin memang belum waktunya.
Suatu kali ketika ia mengunjungi mihrabnya Maryam, ia mendapati Maryam sedang beribadah. Yang menarik perhatiannya adalah tersedianya buah-buahan yang bukan di musimnya.
Ia ingin sekali menanyakan itu kepada Maryam. Ia tunggu Maryam selesai shalatnya.
“Wahai Maryam, dari mana buah-buahan ini?” tanya Nabi Zakaria.
“Dari Allah,” jawab Maryam begitu ringan dan mantap.
Maryam menceritakan kalau hidangan itu tersaji begitu saja di pagi dan petang. Dengan begitu, ia bisa lebih khusyuk beribadah.
Nabi Zakaria sontak begitu takjub. Ia kian menyadari kalau keponakannya itu bukan gadis biasa.
Satu hal yang membuat Nabi Zakaria tersadar adalah mihrab yang ditinggali Maryam. Kalau Maryam yang tidak meminta hidangan itu bisa memperolehnya langsung dari Allah, boleh jadi, Allah akan mengabulkan doanya untuk bisa punya anak melalui mihrab itu.
Nabi Zakaria pun berdoa kepada Allah dengan tujuan khusus itu. Ia curahkan hatinya dengan lembut kepada Allah. Intinya, ia memohon agar Allah mengaruniakan anak.
Sebenarnya, secara logika, Nabi Zakaria menyadari kalau anugerah anak hampir mustahil. Pertama, ia sudah berumur sangat tua. Dan kedua, istrinya memang mandul atau tidak mungkin punya keturunan.
Namun begitu, ia begitu yakin kepada Allah bahwa tidak ada yang mustahil di sisi Allah subhanahu wata’ala.
Benar saja. Setelah beberapa lama dari doanya di mihrab itu, malaikat Jibril mengabarkan kalau Allah akan mengaruniai Nabi Zakaria seorang anak. Namanya bahkan sudah diberikan oleh Allah, yaitu Yahya. Dan kelak ia akan menjadi seorang Nabi.
Sempurnalah kebahagiaan Nabi Zakaria. Ia merasa begitu berhasil menunaikan amanah mendidik Maryam. Di saat yang sama, Allah menganugerahkannya seorang putra yang soleh.
**
Jangan salah paham dengan tawasul atau mengambil wasilah dari hal yang Allah ridhai. Itulah di antara pelajaran yang bisa diambil dari kisah ini.
Para sahabat radhiyallahum ajma’in juga biasa memintakan kepada Rasulullah untuk mendoakan hajatnya. Bahkan ada orang buta yang minta didoakan Rasulullah agar bisa melihat. Dan memang terkabul.
Rasulullah juga mengajarkan tentang tempat-tempat yang begitu mustajab. Antara lain, Multazam, Hijr Ismail, Maqam (tempat pijakan) Nabi Ibrahim, Shafa Marwa, dan Raudhah di Masjid Nabawi.
Selain itu, doa orang tua dan guru juga begitu mustajab. Ambillah keberkahan dari doa-doa mereka. [Mh]





