TIDAK ada cinta abadi selain cinta ayah ibu kepada anak-anaknya. Begitu pun mestinya anak-anak kepada ayah ibunya, meskipun keduanya telah mati.
Ayah ibu telah membuktikan seperti apa cinta mereka kepada anak-anaknya. Dan begitu pun mestinya sang anak kepada ayah ibunya. Meskipun keduanya telah mati.
Salah satu bentuk cinta anak kepada ayah ibunya yang telah mati adalah dengan mendoakan keduanya. Allah subhanahu wata’ala dan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam telah mencontohkan kalimat doa untuk ayah ibu.
Antara lain, “Ya Allah ampuni dosa kami. Ampuni pula dosa kedua orang tua kami. Dan sayangi mereka sebagaimana mereka menyayangi kami sejak kecil.”
Doa ini tentu tidak sekadar dibaca sesekali saja. Tapi harus sesering yang bisa kita lakukan. Salah satunya selepas menunaikan shalat wajib.
Sekaligus mengingatkan diri kita bahwa yang mengajarkan surah Al-Fatihah, gerakan dan bacaan shalat adalah ayah ibu kita. Inilah kontribusi tak ternilai dari ayah ibu yang akan berbuah kebaikan untuk mereka.
Begitu pun dengan amal baik yang kita niatkan untuk ayah ibu yang sudah wafat. Insya Allah, pahalanya akan mengalir untuk mereka.
Di masa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, ada seorang wanita yang bertanya kepada Nabi. Ia ceritakan bahwa ibunya sudah meninggal dunia tapi belum sempat menunaikan ibadah haji.
Pertanyaannya, apakah sampai pahala haji untuknya jika dihajikan oleh anaknya? Nabi shallalahu ‘alaihi wasallam menjawab, sampai.
Inilah yang akhirnya disebut dengan haji badal atau badal haji. Artinya, menghajikan seseorang dengan melalui amal haji orang lain. Bisa karena orang yang dituju itu sudah wafat atau sakit karena tua renta atau cacat seumur hidup.
Dalil ini pula yang menjadi analogi bahwa seorang anak bisa ‘mengirim’ pahala perbuatan baik yang diniatkan untuk ayah ibunya yang sudah meninggal dunia.
Begitu banyak perbuatan baik yang mungkin tidak semahal dan seberat ibadah haji. Mungkin sekadar membaca Surah Al-Fatihah, bersedekah kepada fakir miskin dan anak-anak yatim, dan lainnya. Jika itu diniatkan untuk pahala ayah ibu, insya Allah akan sampai kepada keduanya.
Beruntung sekali ayah ibu yang sudah melakukan ‘investasi’ melalui anak-anak. Yaitu, investasi pendidikan sehingga anak-anak menjadi soleh dan solehah.
Dengan investasi ini, ayah ibu akan terus menerima kebaikan dari doa dan amal soleh yang dilakukan anak-anak mereka.
Pertanyaannya, bagaimana jika ada ayah ibu yang tidak memiliki anak? Bukankah tidak memiliki anak ini tidak dari keinginan mereka.
Ada ulama yang menafsirkan hadis tentang anak soleh yang mendoakan orang tuanya yang sudah meninggal dunia: waladun soleh yad’ulahu.
Menurut mereka, walad adalah sebutan untuk anak yang bisa berasal dari hubungan biologis atau hubungan lain seperti guru murid atau orang tua dan anak asuh.
Dengan begitu, seorang murid yang mendoakan ustaz atau ustazahnya juga akan sampai kepada mereka. Begitu pun dengan anak-anak asuh atau anak angkat untuk orang tua asuh dan orang tua angkat mereka.
Jadi, jangan pernah abai dengan ayah ibu meskipun mereka sudah mati. Panjatkan doa dan ampunan untuk mereka, sesering mungkin yang kita bisa.
Dan lagi, kirimkan juga pahala kebaikan untuk mereka dari kebaikan-kebaikan yang kita lakukan di dunia ini. Itulah wujud cinta kita untuk ayah ibu tercinta yang sudah mati. [Mh]