MALAIKAT dan setan bisa hadir di sekitar kita sesuai keadaannya. Kitalah yang memilih: mau bersama malaikat atau setan.
Suatu hari, Abu Bakar Ash-Shiddiq radhiyallahu ‘anhu sedang duduk bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Tiba-tiba ada seorang laki-laki datang dan mencela-cela kepada Abu Bakar.
Saat itu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam terdiam dan sesekali tersenyum.
Namun ketika Abu Bakar mulai menimpali dengan memberikan bantahan terhadap orang itu, tiba-tiba Rasulullah berdiri dan pergi.
Abu Bakar terkejut dengan tingkah Rasulullah itu. Ia berusaha mengejar dan menemui Rasulullah.
“Ya Rasulullah, ketika aku terdiam mendengar celaan orang itu, engkau tetap duduk bersamaku. Tapi ketika aku mulai membantahnya, engkau berdiri dan pergi. Kenapa?” tanya Abu Bakar.
Rasulullah menjawab, “Ketika engkau terdiam meski dicela seseorang, ada malaikat berada di sekitarmu. Tapi ketika engkau mulai memberikan bantahan, malaikat pergi dan datang setan. Aku tidak mau berada bersama setan!” (HR. Ahmad)
**
Jangan terpancing dengan marah seseorang. Ketika kita tetap tenang dan sabar, malaikat akan membersamai kita. Tapi jika kita ikut marah, malaikat akan pergi dan setanlah yang akan membersamai kita.
Tenang dan sabar bukanlah pertanda kekalahan. Justru, sikap itu menunjukkan kemenangan kita dari tipu daya setan yang selalu mencari celah untuk menjerumuskan kita. [Mh]