ChanelMuslim.com- Suatu hari di sebuah pasar di kawasan Bogor, seorang presiden melakukan blusukan. Sejumlah pejabat ikut mendampingi beliau.
Sang presiden akhirnya bertemu seorang ibu tua penjual lontong.
“Ibu sudah lama berjualan di sini?” sapa presiden, ramah.
“Lama, Pak. Sudah puluhan tahun,” jawab sang ibu, polos.
“Anak-anak Ibu bekerja di mana?” tanya presiden lagi sambil memegang lontong yang berada di meja sederhana.
“Oh, anak saya ada yang di Kejaksaan, di pangdam Siliwangi, di Balaikota, dan di DPRD, Pak,” jawab si ibu yang sontak mengejutkan sang presiden. Begitu pun dengan para pejabat yang ikut dalam rombongan.
Saat itu juga, sang presiden tersenyum sambil menggeleng-gelengkan kepala mengungkapkan rasa kagumnya.
“Luar biasa. Ibu pasti mendidik anak-anak ibu dengan baik. Dengan karakter yang positif,” ucap presiden yang diiringi anggukan para peserta rombongan.
“Ini pertanda bahwa anak-anak ibu ini pejabat yang jujur dan bersih. Hidup sederhana. Kalau tidak, mungkin ibu ini sudah tinggal di rumah mewah milik anak-anaknya,” ucap presiden yang kini menjadikan para peserta rombongan tertunduk.
Sambil mendekat ke arah sang ibu, sang presiden pun menanyakan hal lain, “Memangnya anak-anak ibu yang di kantor kejaksaan, di balaikota, pangdam Siliwangi, dan di DPRD bertugas sebagai apa?”
Dengan ringan dan polos sang ibu pun menjawab, “Sama Pak seperti saya, jualan lontong juga!”
**
Bahasa rakyat adalah bahasa apa adanya. Jujur. Lugas. Kepada siapa pun dia bicara, ia sampaikan apa adanya.
Sebagian kita mungkin patut belajar dari mereka. Senantiasa mengungkapkan kejujuran dan kelugasan, bukan pencitraan yang melambung jauh dari kenyataan. (muhammad nuh)