SEORANG remaja tampak begitu bahagia dengan sepeda motor barunya. Setiap kali pulang dari bepergian, ia kerap memandangi motornya.
“Jangan cuma kamu pandangi, Nak! Cuci yang bersih!” ucap sang ayah yang tiba-tiba sudah muncul di belakangnya.
“Ayah ini, buat apa dicuci sekarang, nanti kalau dipakai juga akan kotor lagi,” jawab sang remaja.
“Lalu buat apa kamu mandi sore, besok pagi kan akan kotor lagi. Untuk apa kamu makan siang, nanti sore juga akan lapar lagi!” sergah sang ayah.
“Beda lah, Yah. Itu kan tentang mandi dan makan, ini kan tentang cuci motor,” ucap sang remaja.
“Segala sesuatu yang akan kotor, juga harus dibersihkan lagi. Segala sesuatu harus dikembalikan ke keadaan semula,” pungkas sang ayah.
**
Sepenggal kisah di atas tentu bukan sekadar tentang tips mencuci motor. Tapi tentang mengembalikan segala sesuatu ke tingkat keseimbangannya.
Allah memperlahirkan kita dalam keadaan fitrah atau suci. Bergulirnya waktu dan interaksi akan menjadikan hati kita kotor. Karena itu, sucikanlah setiap hari.
Bukan hanya sebab-sebab datangnya kotoran yang harus dihindari, justru pensuciannya yang lebih diperhatikan. Karena hidup ini memang tidak pernah bisa lepas dari polusi dan kotoran.
Semakin kotor lingkungan yang digeluti, semakin gigih lagi melakukan pensucian diri.
Jadi, jangan pernah berpikir: buat apa disucikan, toh nanti juga akan kotor lagi. Sucikanlah hati kita dengan perbanyak istigfar dan ibadah, karena kita, boleh jadi, tak pernah tahu kotoran apa yang sudah kita lalui. [Mh]