ChanelMuslim.com- Semua orang pernah bercermin. Seseorang bercermin untuk memastikan dirinya baik-baik saja. Jika ada yang kurang, cermin pun membantu perbaikan.
Ada aktivitas harian yang bisa menjadi prinsip. Dikatakan prinsip karena tanpanya hidup hariannya akan terasa janggal. Aktivitas itu salah satunya bercermin.
Orang yang bercermin ingin mendapatkan umpan balik yang jujur, apa adanya. Tidak dilebih-lebihkan, dan tidak pula dikurangi.
Cermin memang tidak bisa berkata-kata. Tidak bisa kritik atau memuji. Cermin hanya menunjukkan wajah seseorang apa adanya. Silahkan orang itu sendiri yang menilai dirinya sendiri.
Nah, menilai dirinya sendiri itulah yang kadang bermasalah. Kadang orang tidak mau merespon jujur sebagaimana cermin mengabarkan dengan jujur.
Ada yang menyalahkan cermin. Ah, cerminnya kotor. Ah, cerminnya nggak rata. Ah, cerminnya miring. Dan seterusnya.
Ada yang menihilkan laporan cermin. Kok, di cermin saya kelihatan pucat, ya. Dan kekurangan itu pun dijawab sendiri, “Mungkin cuma saya aja yang melihatnya begitu. Orang lain belum tentu!”
Dengan kata lain, ego bisa mengalahkan laporan jujur cermin. Kalau ia yakin wajahnya nggak pucat, cermin harusnya memberikan tampilan yang segar. Bukan pucat.
Ego seperti itu biasa disebut narsis. Secara istilah, narsis merupakan kepribadian yang berpikir sangat tinggi tentang diri sendiri. Ia haus kekaguman, sulit percaya dan kurang empati dengan orang lain.
Kalau cermin yang jujur saja bisa disalahkan karena dianggap tidak memuaskan, apalagi pandangan orang lain. Jadi, bagaimana pun saya, orang lain harus memuji.
Sosok yang sukses adalah sifat sebaliknya. Ia tidak mudah percaya dengan pujian orang lain tentang dirinya. Karena cerminan yang tidak akurat akan menyimpangkan jalannya yang benar.
Beberapa orang sukses bahkan menyewa mahal orang-orang yang bisa menjadi sparing partner. Ia ingin ada tim yang mengkritiknya habis-habisan. Ada yang menggugat argumentasinya. Hal itu agar ia tidak terperangkap dengan cermin semu yang menipu.
Kini, terserah kita. Apakah kita hanya sekadar sosok narsis yang suka “ditipu”? Atau sosok sukses yang produk dirinya memang bermutu.
Sepertinya, kita butuh cermin-cermin hidup yang bukan sekadar jujur menilai kita. Tapi juga memberikan alasan kenapa begitu.
Agar suatu saat kita tidak menyesal saat Allah memperlihatkan kita apa adanya. Sangat baik nasihat Umar bin Khaththab untuk kita: hasibu qabla antuhasabu. Hisablah dirimu sebelum Allah menghisabmu. [Mh]