SERANGGA bisa tertipu oleh cahaya. Mereka mengira cahaya sebagai solusi. Tapi sebenarnya sesuatu yang membuatnya mati.
Banyak orang terheran-heran dengan perilaku sebagian serangga. Laron misalnya. Satu kampung laron bisa mati hanya karena tertipu cahaya.
Mereka seperti mengira cahaya lampu sebagai cahaya matahari yang akan memberikannya energi dan harapan. Padahal sebuah titik panas yang membuat mereka terbunuh.
Secara ilmiah, fenomena itu disebut sebagai phototaxis. Yaitu fenomena yang menjadikan hewan merespon cahaya dengan gerakan.
Memang, tidak semua serangga mengidap fenomena itu. Ada yang justru sebaliknya. Seperti kecoa yang justru lari dari cahaya.
Menariknya, laron-laron atau serangga lain yang tertipu cahaya tidak hanya satuan atau puluhan. Seluruh mereka tertipu.
Hingga kini, para ahli belum menemukan jawaban yang pas kenapa serangga-serangga itu bisa tertipu massal oleh cahaya lampu.
Boleh jadi, instink mereka meyakini bahwa cahaya lampu itu sebagai harapan dan solusi. Sesuatu yang menjadikan mereka memprioritaskan cahaya melebihi kegiatan hidup yang lain.
**
Dalam kehidupan nyata, kadang kita bertingkah seperti laron dan serangga lain yang terjebak dalam fenomena phototaxis.
Dalam sebuah gelapnya ekonomi, kecerdasan, dan keteladanan agama; begitu banyak orang yang mendambakan harapan dan solusi.
Sayangnya, harapan dan solusi itu seumpama titik cahaya lampu tadi. Dari kejauhan terlihat seperti yang diinginkan, begitu disentuh ternyata sangat mematikan.
Titik-titik cahaya semu itu boleh jadi berbentuk tokoh-tokoh pencitraan, paham-paham yang menyesatkan, dan perkumpulan yang membiasakan dan mempertontonkan lingkungan bebas nilai.
Namun, bukannya semua itu memuaskan dahaga harapan hidup; justru merusak dan mematikan. Penyesalan menjadi ujung dari semua ketertipuan itu.
Berhati-hatilah memilih teman. Berhati-hatilah memilih lingkungan. Alih-alih ingin meraih cahaya harapan dan solusi hidup, justru kita tergiring pada ujung penyesalan itu. [Mh]