KERETA masa lalu ditarik oleh kuda. Kereta dihias begitu indah. Tapi jika tanpa kuda, rasanya keindahan itu tak ada guna.
Kereta di masa lalu digerakkan oleh kuda. Ada yang kudanya satu, dua, empat, bahkan enam. Tergantung pada beban dan nilai estetik kereta.
Boleh-boleh saja kereta dihias sedemikian indah dan kokoh. Tapi tanpa kuda, kereta menjadi tak punya arti.
Mungkin saja kereta akan bergerak meski tanpa kuda. Yaitu, ketika kereta berada di jalan menurun. Tapi, lajunya tak terkendali. Lebih parah lagi jika kereta di jalan menanjak, bukan hanya tidak bisa melaju, tapi akan mundur ke belakang tanpa kendali.
Kuda adalah sumber penggeraknya. Lambat dan cepat laju kereta mengikuti pola gerak kuda. Tapi jangan lupa, kuda hanya penggerak, sementara kendali tetap ada dari pihak kereta.
Normal atau tidaknya gerakan kuda bergantung pada pihak pengendalinya. Butuh kepiawaian dan keselarasan antara pihak pengendali yang berada di kereta dengan irama gerak kuda.
**
Perumpamaan kereta itu bisa apa saja. Bisa tentang diri sendiri, sebuah organisasi, bahkan juga negara. Dan kuda-kudanya adalah nyala semangat yang terus berkobar. Sementara para pengendalinya adalah para pemimpin.
Seseorang, organisasi, bahkan negara akan statis bahkan bergerak mundur jika nyala semangatnya redup apalagi padam. Nyala semangat adalah idealisme dan visi yang dipegang. Tanpa itu, semuanya redup dan mati.
Jangan pernah kikis idealisme dan visi. Kereta mungkin saja berganti fisik. Pengendali mungkin juga berganti orang. Tapi idealisme tak boleh redup dan berganti, apalagi terjual. [Mh]


