NABI shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Siapa yang selalu beristigfar, niscaya Allah akan mengeluarkannya dari segala kesusahan dan memberikannya rezeki dari arah yang tak terduga.” (HR. Ahmad)
Di masa tuanya, Imam Ahmad rahimahullah pernah mengalami hal yang misterius. Ulama yang wafat di usia 75 tahun itu tiba-tiba, tanpa alasan yang ia sadari, ingin sekali pergi ke Basrah.
Ia tidak tahu kenapa ingin sekali ke Basrah. Jarak dari tempat tinggalnya di Bagdad ke Basrah sekitar 525 kilometer. Atau, sekitar jarak Jakarta ke Solo.
Padahal, di Basrah pun ia tidak tahu mau ke rumah siapa. Tapi, ia tetap ingin sekali kesana. Ulama yang hafal satu juta hadis ini pun berangkat ke Basrah sendirian.
Perjalanan saat itu dengan sekarang tentu sangat berbeda. Kendaraan yang bisa digunakan pada sekitar tahun 850-an tahun masehi itu hanya unta, kuda, dan keledai. Sebuah kendaraan yang sangat sederhana.
Akhirnya, tibalah Imam Ahmad di Basrah. Ia tiba menjelang waktu Isya. Murid Imam Syafi’i ini pun mampir di sebuah masjid. Ia shalat Isya berjamaah di tempat itu.
Sebenarnya, nama Imam Ahmad sudah sangat terkenal di seantero Irak, termasuk di kota sebelah selatan Bagdad ini. Tapi saat itu, orang belum menemukan foto atau teknologi informasi canggih seperti saat ini. Para jamaah masjid tidak tahu kalau di antara mereka ada tokoh ulama sekaliber Imam Ahmad.
Selepas shalat Isya, Imam Ahmad berzikir di masjid. Ia tetap berada di masjid hingga seluruh jamaah bubar. Dan, ia pun tidur di dalam masjid.
Belum lagi pulas, tiba-tiba seseorang membangunkan paksa Imam Ahmad. “Syaikh bangun! Ayo bangun! Anda tidak boleh tidur di sini!” ucap seseorang yang ternyata marbot masjid.
“Saya musafir. Saya ingin tidur di sini,” ucap Imam Ahmad. Tapi, marbot masjid tetap mendorong tubuh Imam Ahmad agar keluar masjid.
Imam Ahmad pun duduk di pelataran masjid. Sesaat kemudian, ia pun tidur di situ.
Rupanya, marbot masjid balik lagi. Ia lagi-lagi meminta Imam Ahmad untuk tidak tidur di masjid maupun pelatarannya.
“Saya musafir,” ucap Imam Ahmad. Tapi tetap saja, marobt masjid mendorong tubuh Imam Ahmad keluar dari pelataran masjid. Padahal saat itu sudah malam.
Bersebelahan dengan masjid ada toko roti rumahan. Seseorang keluar dari toko itu dan memanggil-manggil Imam Ahmad untuk singgah di rumahnya. Ia rupanya melihat kejadian di depan masjid di mana Imam Ahmad didorong keluar masjid oleh marbot.
“Anda musafir? Anda bisa menginap di rumah saya,” ucapnya sambil mempersilakan Imam Ahmad masuk.
Di dalam, Imam Ahmad memperhatikan sosok si pembuat dan sekaligus penjual roti. Rupanya, pedagang roti itu sedang mengolah dagangannya.
Ada hal menarik yang ditangkap Imam Ahmad terhadap sosok penjual roti. Orang itu nyaris tak berbicara kecuali ditanya. Di setiap diamnya, ia hanya mengucapkan istigfar. Sambil mengolah roti, ia terus melafalkan istigfar.
“Sudah berapa lama kamu melafalkan istigfar seperti itu?” tanya Imam Ahmad.
“Sejak aku pertama kali membuat roti, sekitar 30 tahun,” jawabnya.
“Apa manfaat yang kamu dapatkan dari istigfar itu?” tanya Imam Ahmad lagi.
“Alhamdulillah. Selama aku melazimkan istigfar seperti ini, hampir tak ada keinginanku yang tidak Allah kabulkan. Selalu Allah kabulkan,” jelasnya.
“Hampir?” ucap Imam Ahmad.
“Iya. Semua permintaanku kepada Allah selalu dikabulkan, kecuali satu hal,” ungkap si penjual roti.
“Permintaan apa yang belum Allah kabulkan?” tanya Imam Ahmad.
“Aku ingin sekali bisa bertemu dengan ulama panutanku. Ia bernama Imam Ahmad bin Hambal,” ungkapnya.
Imam Ahmad terperanjat. “Allahu Akbar. Allahu Akbar. Rupanya istigfarmu itu yang menggiringku ke Basrah ini. Istigfarmu pula yang menjadikanku didorong-dorong marbot masjid hingga aku berada di sini. Ya, akulah Imam Ahmad bin Hambal yang ingin kamu temui,” ucap Imam Ahmad yang disambut haru penjual roti. Ia pun memeluk Imam Ahmad.
**
Maha Benar Allah dalam firman-Nya, “Dan hendaklah kalian beristigfar kepada Tuhanmu dan bertobat kepada-Nya, niscaya Dia akan memberikan kenikmatan yang baik kepadamu sampai waktu yang telah ditentukan. Dan Dia akan memberikan karunia-Nya kepada siapa yang berbuat baik….” (QS. Hud: 3)
Lazimkanlah istigfar di setiap saat hidup kita. Dan, kita tidak akan pernah tahu bagaimana Allah subhanahu wata’ala akan mengabulkan segala keinginan kita, seperti terkabulnya keinginan si penjual roti. [Mh]