MAKAN dan minumlah, tapi jangan berlebihan. (QS. 7: 31)
Makan dan minum merupakan kebutuhan alami. Ada yang makan dan minum karena kebutuhan pokok. Ada pula yang sekadar hobi atau gaya.
Yang tentang hobi atau gaya yaitu menikmati makanan dan minuman karena kesenangan. Biasanya dilakukan mereka yang kelebihan ekonomi.
Jadi, bukan sekadar makanan dan minumannya. Tapi, suasananya, lingkungannya, dan hal-hal lain tentang kesenangan.
Silahkan nikmati makanan dan minuman, tapi jangan berlebihan. Begitulah perintah Allah subhanahu wata’ala.
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam mengajarkan tentang pengaturan ruang perut kita. Sepertiga untuk makanan, sepertiga untuk minuman, dan sepertiga sisanya untuk nafas. (HR. Ahmad)
Segala sesuatu yang berlebihan hasilnya tidak baik. Meskipun yang berlebihan itu makanan atau minuman sehat, bergizi, dan lainnya.
Dalam hal ini bisa dirasakan bahwa ujian kelebihan ekonomi lebih berat daripada pas-pasan. Karena godaan untuk makan dan minum yang berlebihan untuk mereka yang memiliki kelebihan ekonomi.
Apa dampaknya jika berlebihan? Begitu banyak. Mulai dari sisi kesehatan, bentuk tubuh, hingga munculnya sifat malas.
Para Nabi memiliki kebiasaan tersendiri bagaimana mereka menghentikan makan. Itulah puasa mereka. Seperti Nabi Daud alaihissalam yang selang-seling. Satu hari puasa, satu hari tidak.
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam berpuasa pada Senin dan Kamis dan pada tiga hari di bulan purnama: tanggal 13, 14, 15 di bulan hijriyah.
Dan kalau pun mereka makan, makanannya sekadarnya. Tidak bervariasi seperti kita. Ada daging, ikan, ayam, dan lainnya. Begitu pun dengan minumannya.
Dari segi kesehatan, karena ada jenis makanan berbeda yang tidak baik dikonsumsi bersamaan. Seperti susu dengan buah, dan lainnya.
Jadi, jangan anggap dengan makanan yang banyak berarti memanjakan perut. Justru sebaliknya, menyiksa perut untuk bekerja lebih ekstra.
Buatlah jadwal makan yang baik agar tidak bertabrakan dengan waktu shalat. Sebaiknya tidak makan terlalu malam karena akan menjadikan tubuh lemas untuk shalat malam.
Sayangnya, sebagian masyarakat terutama kaum milenial yang justru mengisi sebagian waktu malamnya untuk makan-makan.
Dampak lain yang tidak kalah buruk adalah ketumpulan kepedulian terhadap mereka yang kurang makan. Bisa itu terhadap tetangga atau yatim dan masakin.
Bayangkan, di saat kita bingung mau makan dan menikmati minuman yang mana; mereka bingung apa yang mau dimakan.
Jadi selain berpuasa sunnah, ubah pola makan dan minum kita seperti yang diajarkan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Sepertiga untuk makanan, sepertiga untuk minuman, dan sisanya untuk nafas. [Mh]