SARANG itu kehangatan dan perlidungan. Bukan sebaliknya: hanya asal ada.
Pasangan burung elang begitu bahagia. Tiga ekor anak-anaknya baru saja menetas. Sebuah hadiah berharga dari 35 hari penantian.
Selama penantian itu, induk jantan dan betina bergantian mengerami telur. Yang tidak bertugas di sarang, pergi berburu mencari makanan.
Hingga tiga telur itu menetas pun, jantan dan betina bergantian ‘ngepos’ di sarang. Meskipun pada prakteknya, yang betina lebih banyak di sarang daripada berburu.
Suatu kali kedua induk ini berburu bersama. Bukan karena keduanya sama-sama lapar. Tapi karena bosan terlalu lama di sarang. Keduanya ingin melatih sayap-sayapnya agar tetap prima.
Langkanya hewan-hewan buruan menjadikan keduanya berburu lebih jauh dari sarang. Mereka lupa kalau sarang bukan sekadar butuh kehangatan, tapi juga perlindungan.
Setibanya di sarang, nasib buruk telah menimpa tiga anak mereka. Ketiga burung elang kecil itu mati karena terjun bebas dari sarang mereka yang tinggi. Sayap ketiganya belum cukup kuat untuk terbang menyusul induk-induk mereka.
Kedua induk elang itu bersedih. Padahal, keduanya kembali dengan hasil buruan yang lumayan. Tapi, apalah arti hasil buruan jika tanpa ada anak-anak yang lahap makan.
**
Yang dibutuhkan anak-anak tentang rumah itu bukan sekadar bangunan dan isinya. Melainkan, sosok ayah dan ibunya. Di situ ada kehangatan dan di situ ada perlindungan: lahir dan batin.
Jangan tunggu terjadi tragedi untuk memunculkan kesadaran ini. Karena tak ada yang lebih bernilai dari rumah melebihi kebahagiaan lahir dan batin anak-anak. Dengan modal itulah, mereka akan menjadi orang tua seperti kita.
Silakan menjadi orang hebat di luar rumah. Tapi tetap saja, anak-anak adalah segalanya. [Mh]