JAGA iman kita agar tetap segar. Ketaatan dan kemaksiatan tergantung dari keadaan iman kita.
Coba perhatikan bagaimana seseorang beribadah. Mulai dari shalat, haji, zakat, puasa, sedekah, dan lainnya. Apa yang membuat seseorang beribadah, dan apa yang melalaikannya?
Hal ini karena tak seorang pun diperiksa oleh pihak tertentu tentang ibadahnya. Kalau anak mungkin diperiksa oleh orang tua. Tapi orang dewasa, tak ada yang periksa.
Contoh, apa seseorang sudah shalat atau belum, tak ada satu pun pemeriksaan. Begitu pun dengan zakat, sedekah; apalagi puasa. Karena tak seorang pun yang memastikan seseorang masih berpuasa kecuali dirinya sendiri.
Begitu pun dengan keuntungannya. Tak akan ada yang memberikan uang jika seseorang sudah rajin beribadah. Karena balasannya pahala. Dan pahala sama sekali tak terlihat dan tak bisa dirasakan langsung keuntungannya.
Lalu pertanyaannya, kenapa seseorang tetap tekun dan sabar beribadah? Jawabannya sederhana, karena iman.
Dalam cakupan yang lebih luas juga sama. Iman yang mengawasi seseorang tak korupsi, tak selingkuh, tak berdusta, tak membuka aurat, dan seterusnya.
Karena itulah, ibadah yang jelas berat bebannya Allah tujukan untuk mereka yang beriman. Allah memanggil hamba-hamba-Nya dengan panggilan wahai orang-orang yang beriman.
Kata kunci amal atau perintah Allah dilakukan atau tidak oleh seseorang adalah iman. Begitu pun dengan nilai sempurnanya atau tidak, juga tergantung pada mutu iman.
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam berwasiat, “Jaddiduu imanakum!” Perbarui iman kalian. Seorang sahabat bertanya, “Dengan cara apa?”
Nabi menambahkan, “Dengan memperbanyak kalimat ‘laa ilaaha illallah’.” Dan memperbarui iman bisa menjadi timbal balik dari ketaatan. Semakin taat ibadah, semakin iman menjadi tambah segar. Dan iman yang segar akan menyemangatkan orang beribadah.
Memperbarui iman juga dengan cara menyimak tausiyah. Boleh jadi, setan mampu membekukan kesadaran seseorang tentang kebaikan, akhirnya menjadi lupa dan lalai. Saat itulah tausiyah menyegarkan kembali iman dan kesadaran.
Cara lain juga dengan tadabur Al-Qur’an. Tadabur artinya memperdalam makna. Tidak sekadar tekstual saja. Melainkan juga konteksnya.
Menyimak kisah-kisah nyata yang menyentuh hati juga bisa menyegarkan iman. Misalnya, kisah tentang warga Gaza yang sabar dalam kesusahan.
Semua cara itu adalah upaya menjaga iman. Iman ada di hati, sementara hati sering bolak-balik. Karena itu, mintalah kepada si Pemilik hati agar tetap dalam istiqamah. [Mh]