ChanelMuslim.com- Dalam Surah Al-Furqan ayat 74, Allah subhanahu wata’ala mengajarkan doa. Doa itu dikhususkan untuk kebaikan keluarga.
Allah subhanahu wata’ala berfirman, “Dan orang-orang yang berkata, ‘Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami pasangan kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa.” (QS. Al-Furqan ayat 74)
Itulah doa yang dipanjatkan khusus untuk keluarga. Cakupannya begitu terstruktur mengikuti fase mulai dari saat lajang, menuju keluarga, sebagai keluarga dengan cucu-cucu, dan misi besarnya.
“Ya Allah, anugerahkan kami pasangan sebagai penyenang hati.” Inilah doa kerap terucap saat masih lajang. Meskipun doa itu tidak diucapkan lantang di lisan, tapi terus bergulir di segenap ruang hati.
Ketika ada rasa sepi karena merasa ada sesuatu yang tak sempurna, di situlah terbayang sebuah sosok. Hanya sebuah gambaran abstrak, pria atau wanita.
Sosok itulah yang akan melengkapi ketidakseimbangan hati selama ini. Sosok yang akan menenangkan hati, menjinakkan mata, dan menyejukkan suasana.
Untuk pria, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pernah mengatakan, “Dunia ini hiasan. Dan sebaik-baik hiasan adalah wanita shalihah.”
Hal yang sama juga terucap dalam hati setiap wanita. Allah dan RasulNya memang tidak mengungkapkan hal itu seperti diungkapkan untuk pria. Karena Allah Maha Tahu bahwa wanita itu pemalu, tak perlu diungkapkan apa yang terbaca dalam hati tentang dambaanya.
Setelah fase itu terkabul, doa selanjutnya tentang anak keturunan. Apalah arti sebuah pernikahan jika tanpa ada keturunan. Walaupun hal ini juga bagian dari ujian, bahwa tidak selalu pernikahan menghasilkan keturunan. Sekali lagi, ini ujian untuk mereka Allah kabulkan tentang pasangannya.
Namun umumnya, Allah mengabulkan fase kedua ini. Yaitu, kelahiran anak-anak. Laki dan perempuan. Tak ada rasa perbedaan dari keduanya. Ketika ia lahir, semua berubah menjadi harapan. Tak peduli yang lahir itu laki atau perempuan.
Jadilah anak-anak sebagai penyenang hati. Seperti itulah Allah mengabulkan doa kita di fase kedua. Dunia menjadi serasa lebih lengkap bersama mereka.
Di fase ini, bahkan Allah subhanahu wata’ala menawarkan terkabulnya bukan sekadar anak-anak. Melainkan juga cucu, cicit, dan seterusnya. Itulah keturunan yang lahir dari garis nasab kita. Masya Allah.
Betapa beruntungnya mereka yang di masa tua mendapati anak dan cucu bahkan cicit yang saleh. Suatu saat, ketika hidup bukan lagi dalam dimensi dunia, buah kesalehan mereka akan terus mengalir dalam setiap waktu penantian kita menuju surga.
Doa untuk fase ketiga pun tak kalah pentingnya. Yaitu, doa tentang misi besar keluarga yang sebenarnya. Bahwa, berkeluarga bukan hanya untuk kepentingan diri sendiri dan keluarga.
Lebih dari itu, keluarga merupakan basecamp atau pusat pengkaderan dai-dai yang bisa mengobati umat dari berbagai penyakit ruhani. Mereka seperti pusat cahaya di tengah gelapnya lingkungan besar umat manusia.
“Ya Allah, jadikanlah kami sebagai pemimpin untuk orang-orang bertakwa.” Inilah misi besar keluarga yang sebenarnya. Baik berupa sosok-sosok yang mampu memimpin dalam keluarga itu sendiri, maupun untuk masyarakat dan bangsa.
Ya Allah, Ya Rahman Ya Rahiim. Kabulkan doa kami. Mudahkan kami menapaki tangga-tangga besar itu. Dan berikanlah kami akhir yang baik saat menemuiMu suatu hari nanti. [Mh]