TINGGI itu bukan sekadar kebanggaan, di mana orang-orang di bawah melihatnya dengan mendongak. Tinggi juga sebuah tanggung jawab besar.
Beberapa anak SD mengikuti studi wisata di sebuah menara bersejarah. Tinggi menara mencapai 130 meter.
Tentu tidak dengan tangga untuk mencapai ketinggian menara itu. Tapi dengan lift canggih. Hanya dalam bilangan menit, mereka sudah berada di puncak ketinggian.
Anak-anak itu tidak merasakan kalau mereka sudah di ketinggian lebih dari seratus meter, karena sebegitu cepatnya lift bergerak. Kalau tidak karena ada semacam jendela terbuka di puncak sana, mereka tidak akan menyadari kalau posisi mereka begitu tinggi.
Mereka begitu takjub berada di atas ketinggian. Semua gedung bertingkat seperti sangat pendek. Jangkauan pandangan pun begitu sangat jauh, seolah seisi kota bisa dilihat dari atas situ.
Ada satu papan pengumuman yang menarik perhatian mereka: Jangan melempar benda apa pun dari atas sini!
Dasar anak-anak, justru pengumuman jelas ini menggelitik rasa ingin coba-coba mereka. Apa sih yang akan terjadi kalau satu kelereng kecil dilemparkan dari atas sini. Begitu pikiran seorang anak yang penasaran.
Kebetulan, ia punya satu kelereng yang terbawa di saku celananya. “Masak sih, kelereng kecil ini bisa bahaya jika dilempar dari atas sini,” gumamnya dalam hati. Dan, tanpa diketahui yang lain, termasuk Pak Guru, ia melempar kelereng itu.
Setelah melempar, sang anak menunggu reaksi apa yang terjadi. Dan, memang di atas situ tidak terjadi apa-apa. Bahkan, tidak terdengar suara apa pun ketika kelereng tiba di bawah sana.
Setelah selesai, rombongan anak-anak itu pun turun. Mereka kembali ke lantai dasar.
Betapa terkejutnya mereka ketika tiba di bawah. Ada mobil yang kebetulan lewat di sekitar menara mengalami rusak parah. Syukurnya, seorang penumpangnya selamat.
Sang penumpang menjelaskan kalau ia seperti tertimpa sesuatu yang besar dari atas puncak menara.
Setelah diselidiki, benda yang menimpa mobil hingga rusak berat itu hanya sebuah kelereng yang pecahannya masih bisa dikenali.
Setelah ditanya, sang anak mengaku telah melempar kelereng dari atas sana. Ia mengaku menyesal. “Saya hanya ingin tahu seperti apa bahayanya, karena kelerengnya kecil, Pak Guru,” ungkapnya dengan rasa bersalah.
“Anakku, di ketinggian itu ada energi potensial pada setiap benda. Benda yang di atas sana yang dianggap ringan, ketika terjatuh ke bawah, beratnya akan berlipat-lipat ganda,” pungkas Pak Guru.
**
Begitulah hukum alam di sebuah ketinggian. Apa yang terlihat ‘ringan’ di atas sana, jika tiba di bawah akan menjadi sangat-sangat ‘berat’.
Para pemimpin itu berada di atas ketinggian. Semakin tinggi posisinya, semakin besar energi potensialnya.
Karena itu, jangan asal ‘melempar’ ucapan, jangan asal bertindak; karena dampaknya akan sangat berat dirasakan oleh yang di bawah. [Mh]