BERBAGI rasa atau curhat bisa bermanfaat untuk mengurangi beban kejiwaan. Tapi, hati-hati agar tidak mengeluh.
Allah subhanahu wata’ala berfirman, “Ya’qub mengatakan, ‘Sesungguhnya hanyalah kepada Allah aku mengadukan kesusahan dan kesedihanku, dan aku mengetahui dari Allah apa yang tiada kalian ketahui.” (QS. Yusuf: 86)
Dalam sebuah hadis Qudsi, Allah subhanahu wata’ala berfirman, “Jika Aku (Allah) memberikan cobaan kepada hamba-Ku yang beriman sedang ia tidak mengeluh kepada orang yang mengunjunginya, maka Aku akan melepaskannya dari tahanan-Ku (penyakit)…” (HR. Al-Hakim)
Curhatan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam ketika puteranya, Ibrahim, meninggal dunia, “Air mata berlinang dan hati bersedih, tapi kami tidak mengatakan sesuatu kecuali yang diridhai Allah. Dengan kepergianmu ini, wahai Ibrahim, kami sangat bersedih.” (HR. Bukhari, Muslim, Abu Daud, Ahmad)
**
Memang, beda-beda tipis antara curhat dengan mengeluh. Sama-sama mengungkapkan perasaan sedih dan khawatir.
Namun, ada perbedaan dengan mengeluh. Mengeluh bukan sekadar curhat, tapi juga mempertanyakan, menggugat, membandingkan, dan lainnya. Ada rasa kecewa di situ.
Jadi, silakan berbagi rasa. Dengan begitu, ada pelepasan beban jiwa yang bisa meringankan kesedihan. Tapi hati-hati, jangan sampai jatuh pada mengeluh.
Orang-orang soleh selalu berbagi rasa dan meminta kepada Allah subhanahu wata’ala, secara langsung dalam munajatnya.
Nabi Ya’kub alaihissalam yang mencurahkan kesedihannya tentang kehilangan putera kesayangannya, Nabi Yusuf, langsung kepada Allah.
Nabi Zakaria alaihissalam yang mencurahkan kesedihannya karena belum juga punya anak, langsung kepada Allah dalam munajatnya.
Jadi, silakan mencurahkan keadaan hati. Tapi, simpan rasa kecewanya. Dengan begitu, kita bisa menjaga keridhaan pada takdir Allah subhanahu wata’ala. [Mh]