GODAAN itu ujian. Kesusahan juga ujian. Jangan mengukur dengan logika, karena godaan enak jauh lebih berat.
Ada seorang tabiin bernama Sulaiman bin Yasar rahimahullah. Beliau lahir di ujung masa Kekhalifahan Usman bin Affan radhiyallahu ‘anhu.
Sulaiman merupakan salah seorang ulama tabiin. Beliau guru penduduk Madinah dalam fikih, hadis, dan lainnya. Sulaiman bin Yasar juga sebagai mufti Madinah saat itu.
Salah satu hal yang juga menarik dari sosoknya saat muda adalah wajahnya yang sangat tampan. Sebegitu tampannya, dua godaan sekaligus terjadi: godaan untuk para wanita yang melihatnya, dan godaan untuk dirinya karena para gadis pun nekat menggodanya.
Tidak tanggung-tanggung, ada juga gadis yang ‘mengejarnya’ demi bisa berhubungan badan dengan beliau. Astagfirullah!
Suatu kali di Madinah saat Sulaiman sedang sendiri di rumah. Di luar dugaannya, ada seorang wanita masuk ke rumahnya dan langsung menggodanya.
Apa yang dilakukan Sulaiman? Beliau tidak berbasa-basi, atau mengusir perempuan itu. Justru, Sulaiman bin Yasarlah yang langsung kabur keluar rumah.
Hal yang hampir sama juga ia alami saat perjalanan ke Mekah bersama dengan temannya. Saat tiba di wilayah Al-Abwa, keduanya mendirikan tenda untuk istirahat.
Teman Sulaiman minta izin untuk keluar tenda membeli makanan dan minuman. Jadilah saat itu Sulaiman sendirian di tenda.
Lagi-lagi, di luar dugaannya, ada seorang wanita suku Badui yang rupanya sejak awal memperhatikan ketampanan Sulaiman. Wanita itu ‘nyelonong’ masuk ke tenda.
Sulaiman begitu kaget. Tapi nalarnya yang polos mengira kalau wanita itu meminta bantuan makanan atau minuman. Ia pun langsung memberikan sebagian persediaan yang ada.
Wanita itu pun akhirnya berterus terang, kalau ia hanya menginginkan Sulaiman bin Yasar. Sulaiman sangat marah mendengar itu. Ia mengatakan, “Bersiaplah bertemu dengan iblis!” Wanita itu pun kecewa dan menutup kembali cadarnya dan pergi meninggalkan tenda.
Seusai kejadian itu, Sulaiman menangis sesegukan di dalam tenda. Ketika temannya tiba, ia masih tetap menangis. Sang teman akhirnya tak mengira apa yang dialami Sulaiman. Ia pun akhirnya ikut menangis.
Sulaiman bertanya ke temannya, “Kenapa kamu ikut menangis?” Temannya menjawab, “Kalau hal itu aku yang alami, belum tentu aku bisa sehebat kamu.”
Setibanya di Mekah, Sulaiman bin Yasar melaksanakan thawaf dan mencium Hajar Aswad. Karena sangat lelah, beliau duduk di dekat Hajar Aswad dan akhirnya tertidur.
Ia bermimpi. Ada seorang pemuda tampan menyapanya. “Siapa Anda?” kata Sulaiman. “Saya Yusuf,” jawabnya. “Anda Nabi Yusuf?” ucap Sulaiman minta penegasan. “Ya. Aku kagum dengan apa yang kamu lakukan,” ucap sosok Nabi Yusuf di mimpi itu.
**
Ujian Allah itu tidak melulu yang menyusahkan: miskin, penyakitan, dan mungkin wajah ‘ala kadarnya’; tapi juga yang mengenakkan: kaya dan berwajah luar biasa.
Jangan mengira ujian miskin dan wajah ‘sekadarnya’ lebih berat dari kaya dan berwajah luar biasa. Karena ujian kesusahan mungkin akan menjadikan kita bersedih, tapi ujian kaya dan wajah luar biasa bisa menjerumuskan kita ke dosa besar seperti perzinahan.
Sabar dan syukur adalah istiqamah. Sabar merupakan bentuk istiqamah saat diuji dengan kesusahan. Dan syukur adalah bentuk istiqamah saat diuji dengan kesenangan. [Mh]