ChanelMuslim.com- Anak akan menjadi orang tua. Orang tua pun akan kembali seperti anak.
Setiap orang pernah mengalami menjadi anak. Dan pada gilirannya, sang anak pun akan menjadi orang tua. Masalahnya, yang pernah menjadi orang tua tidak selamanya sebagai orang tua. Ia akan seperti anak-anak.
Rute hidup setiap manusia sudah pasti. Lahir, anak, remaja, dewasa, dan tua. Pada bagian di masa tua itu, ada sifat lain yang kadang dilupakan banyak orang. Yaitu, sifat seperti anak-anak.
Ketika seorang mengalami perjalanan panjang hingga dewasa, peran orang tua begitu dominan. Orang tua yang mengandung, melahirkan, merawat, mendidik, membesarkan, melindungi, hingga akhirnya menikahkan.
Boleh jadi, karena sesuatu hal, ada anak yang tidak melalui tahapan itu bersama dengan orang tua. Tapi umumnya, semua anak melalui itu dalam peran besar orang tua.
Berapa nilai yang sudah diberikan orang tua selama itu? Tak akan pernah terhitung. Menariknya, tak ada orang tua yang minta ganti rugi setelah anak-anaknya pisah dan mandiri.
Perpisahan itu pun menjadi alami. Orang tua kembali kepada kesibukan seperti biasa. Dan anak-anak sibuk menggeluti keluarga barunya.
Namun jangan salah, orang tua tidak selamanya berjiwa seperti orang tua. Pada usia tertentu, keduanya akan bersifat seperti anak-anak: fisik dan jiwa.
Biasanya persinggungan itu setelah sekitar empat puluh tahun usia anak yang sudah menjadi dewasa. Pada saat yang sama, orang tua berusia menjelang tujuh puluh tahun.
Persinggungan ini memunculkan dua pergantian peran. Yang sebelumnya anak-anak menjadi orang tua, dan yang dulunya orang tua berganti seperti anak-anak.
Inilah yang diisyaratkan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam sebagai peluang emas untuk anak bisa mendapatkan ampunan Allah dan surgaNya. “Celaka dan rugi orang yang hidup bersama orang tuanya tapi tidak mendapatkan ampunan Allah,” begitu kira-kira yang disampaikan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.
Dengan kata lain, birrul walidain yang utama itu bukan pada saat orang tua masih segar bugar. Melainkan pada saat keduanya sudah berusia lanjut dan bersifat seperti anak-anak.
Karena itu, siapa pun sang anak, ia harus matang dan dewasa di usia empat puluh. Ia bukan sekadar bagus menjadi orang tua untuk anak-anaknya. Tapi juga sabar dan sayang terhadap orang tuanya yang mulai seperti anak-anak.
Dan inilah firman Allah subhanahu wata’ala dalam Surah Al-Isra, manakala keduanya atau salah satunya sampai pada usia lanjut, janganlah kalian berkata ‘uf’. Dan janganlah berkata kasar kepada keduanya, berkatalah dengan ucapan yang mulia.
Namun, jangan pernah menganggap momen ini sebagai beban tambahan, karena seolah memiliki dua kelompok anak: anak kandung dan orang tua yang bersifat seperti anak-anak.
Justru, inilah peluang emas agar bisa meraih surga Allah dengan jalan pintas. Jangan pernah mengeluh dengan momen ini. Bersyukurlah, karena mengalami masa tua mereka inilah anugerah Allah yang paling mahal. [Mh]