Derajat seorang mukmin itu tinggi, sementara yang lainnya rendah. Karena itu, jangan sampai tertukar.
Konon ada seekor bayi singa yang terlahir di kandang domba. Seekor induk domba merasa kasihan. Anak singa pun diasuh layaknya seperti anak-anak domba yang lain.
Meski ia anak singa, karena pola asuh lingkungan, si anak singa berperilaku layaknya anak domba. Ia ikut makan rumput, minum susu induk domba, hidup berkelompok, dan seterusnya.
Waktu pun terus bergulir. Akhirnya, anak singa menginjak masa remaja. Suatu hari, ia mendapati induknya bergerak cepat menuju bukit. Semua kawanan ikut, termasuk anak singa.
Ada apa gerangan? Batin si anak singa menoleh ke kiri dan kanan. Rupanya, induk domba mencium aroma singa buas di sekeliling mereka. Itulah kenapa mereka berlari kencang.
Karena tidak secepat domba lain, anak singa tertangkap. Ia berteriak-teriak minta tolong. Tapi, kawanannya terus saja berlari menyelamatkan diri masing-masing.
“Hei, kenapa kamu minta tolong?” ucap singa buas yang menangkap anak singa.
“Jangan makan aku, jangan,” ucap si anak singa sambil menangis.
“Hei bocah. Lihat dirimu. Kamu itu bukan domba. Kamu seperti aku: singa!” bentak singa buas.
Singa buas pun mengajak anak singa ke suatu tempat. Di tepian danau yang jernih, ia berdiri bersama anak singa.
“Coba lihat dirimu dan diriku. Apa ada yang berbeda?” ucap singa buas.
Anak singa terperanjat. Ia tidak menyangka kalau wajah dan tubuhnya sangat mirip singa yang memburunya.
“Kamu itu singa seperti aku. Bukan domba!” tegas si singa buas meyakinkan.
“Coba tarik nafas dalam. Ikuti suara aku,” ucap singa buas memperlihatkan aumannya.
Si anak singa mengikuti. Dan benar saja, ia pun bisa mengaum. Sejak itu ia baru menyadari, kalau dirinya bukan domba, tapi singa.
**
Tak sedikit dari kita yang terjebak dalam lingkungan yang merendahkan: penakut, merasa tidak bisa apa-apa, status sosial rendahan, dan lainnya.
Jebakan itu berlangsung begitu lama dan turun-temurun. Kita pun merasa bahwa inilah kita yang sebenarnya. Kita yang penakut, yang tidak bisa apa-apa, yang status sosialnya rendahan, dan lainnya.
Padahal, seorang mukmin itu peringkat manusia paling tinggi. Allah subhanahu wata’ala berfirman, “Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah kamu bersedih hati. Padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman.” (QS. Ali Imran: 139)
Jadi, lepas dan tinggalkan mentalitas domba dalam diri kita. Dan lebih aneh lagi jika singa diburu domba. [Mh]