SEMUT disebut tiga kali dalam Al-Qur’an. Bahkan semut menjadi salah satu nama surah dalam Al-Qur’an: An-Naml.
Banyak hikmah yang bisa digali dari cara hidup semut. Antara lain, semut hidup berjamaah, semut membersihkan makanan sisa, semut bekerja sesuai keahlian, dan lainnya.
Hikmah lain dari cara hidup semut adalah kekuatan perencanaannya. Berikut ini kisah imajinernya.
Seekor semut pekerja seperti tak ingin beristirahat. Ia selalu siap sedia jika ada perintah dari ratu. Apa pun pekerjaannya.
Ia diminta mengumpulkan makanan apa pun yang ditemui. Syukurnya, ia dibantu tim pekerja lain jika tak sanggup membawa makanan sisa.
Jangan salah, makanan sisa dari manusia atau hewan besar lain, buat semut merupakan rezeki nomplok yang tak terkira.
“Untuk apa sih kita ditugaskan membawa makanan begini banyak?” ujar salah seekor semut pekerja. “Padahal, yang kemarin kita bawa saja masih banyak,” tambahnya.
“Entahlah, kita tuntaskan saja tugasnya,” jawab rekan semut yang lain.
Keduanya bersama tim semut pekerja lainnya nyaris tak pernah berhenti bergerak. Mereka mengangkut makanan sisa ke sarang, rumah besar mereka.
Selama ratu meminta untuk terus mengumpulkan makanan, selama itu pula ia dan timnya terus mengangkut. Rupanya, ratu sudah punya kalkulasi ruang dan waktu penyimpanan. Ruangannya tak akan kepenuhan. Dan waktunya begitu presisi, kapan akan distop.
“Yah, kita hanya pekerja. Bukan urusan kita kapan terus dan kapan stop,” jawab tim pekerja lain.
Suatu hari, perintah stop itu diumumkan. Ratu langsung memerintahkan seluruh semut pekerja tak lagi keluar sarang. Bukan hanya pekerja, semua tim: termasuk semut tentara yang menjaga keamanan sarang.
“Ada apa, ya? Kenapa ratu menyuruh kita berhenti?” tanya seekor semut.
Tak lama setelah perintah stop dari ratu itu diumumkan, suasana di luar sarang begitu dingin. Salju turun dengan lebatnya, menutup semua lubang di bumi, termasuk sarang semut yang tergolong kecil.
Kebijakan itu bukan untuk satu atau dua pekan. Tapi untuk berbulan-bulan. Selama musim dingin masih berlangsung, semua semut hanya tinggal di sarang.
Lalu, mereka semua makan apa?
Itulah buah dari ketepatan rencana hidupnya. Selama di musim dingin itu, mereka bisa tetap makan normal dari hasil kerja keras yang mereka kumpulkan selama musim normal.
“Oh, ini maksud kenapa kita bekerja keras selama ini?” ungkap sang semut pekerja, baru memahami maksud kebijakan ratunya. Sungguh sebuah rencana hidup yang matang.
**
Kadang kita tak sehebat semut dalam perencanaan hidup. Kita habiskan semua energi untuk kebaikan duniawi, tanpa perlu bersusah payah menyiapkan untuk kehidupan ukhrawi.
Padahal, banyak ayat Al-Qur’an sudah mengingatkan. Begitu pun dengan perkataan Rasulullah yang mulia.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Orang yang cerdas adalah yang mempersiapkan dirinya dan beramal untuk hari setelah kematian, sedangkan orang bodoh adalah yang jiwanya mengikuti hawa nafsunya dan berangan-angan kepada Allah.” (HR. Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Ahmad)
Semut tak akan menunggu musim dingin tiba, baru mengumpulkan stok makanan. Dan sebaiknya kita, tak menunggu tanda ajal tiba, baru memperbanyak amal. [Mh]