MUSYAWARAH merupakan perintah agama. Termasuk juga bermusyawarah dengan istri.
Ada kisah menarik dari Khalifah Al-Mahdi. Khalifah ketiga Dinasti Abbasiyah ini ingin berpoligami. Tapi, ia tidak ingin ‘berjalan sendiri’ meski hal itu sangat bisa ia lakukan.
Al-Mahdi mengajak istrinya: Al-Khaizaran, berdiskusi tentang rencananya untuk berpoligami. Tentu saja, hal itu ditolak keras oleh istrinya.
Al-Mahdi mengatakan bahwa hal itu diperbolehkan oleh agama. Dan, ada dalilnya. Yaitu, dalam Surah An-Nisa ayat 3. Tapi tetap saja, sang istri menolak.
Al-Mahdi menawarkan jalan tengah. Ia akan mengundang seorang ulama untuk menjelaskan tentang bolehnya berpoligami.
Akhirnya, keduanya sepakat untuk mengundang seorang ulama terkenal di masa abad ke-7 masehi itu, yaitu Imam Sufyan Ats-Tsauri rahimahullah.
Imam Sufyan dijemput oleh petugas istana untuk hadir dalam musyawarah keluarga itu. Dan ia pun bersedia datang.
“Ya Syaikh, bukankah Al-Qur’an membolehkan seorang suami untuk berpoligami? Tapi, ibu dari Al-Rasyid ini tidak setuju,” ucap Al-Mahdi mengawali diskusi.
Al-Mahdi dan Al-Khaizaran merupakan ayah dan ibu dari Harun Al-Rasyid, khalifah dinasti Abbasiyah keempat yang kelak begitu terkenal.
Imam Sufyan Ats-Tsauri mempersilakan Al-Mahdi untuk membacakan firman Allah yang dimaksud. Yaitu, Surah An-Nisa ayat 3.
Al-Mahdi membacakan, yang artinya, maka kawinilah wanita-wanita yang kamu senangi: dua, tiga, atau empat.
Imam Sufyan memberikan komentar, “Khalifah, mohon lanjutkan ayat yang terputus itu.”
Rupanya, ayat itu tidak berhenti sampai di situ. Lanjutan ayat itu adalah kemudian jika kamu takut tidak mampu berlaku adil, maka kawinilah seorang saja….
Khalifah Al-Mahdi pun langsung bingung untuk melanjutkan. Ia pun terdiam. Ia seperti menahan kesal dan malu.
Di saat yang bersamaan, istri khalifah bereaksi begitu senang. Ia tersenyum puas. Ternyata, jawaban Imam Sufyan begitu menentramkan hatinya.
Dari pasangan inilah kelak tampil khalifah pengganti mereka yang begitu hebat. Beliau adalah Khalifah Harun Al-Rasyid. Saat itu, Bagdad bukan hanya sebagai pusat pemerintahan Abbasiyah, melainkan juga menjadi pusat peradaban dunia.
**
Bermusyawarahlah dalam hal apa pun. Termasuk dalam kehidupan berkeluarga: bermusyawarah dengan istri, dengan anak-anak, dan sanak kerabat.
Musyawarah bukan hanya memberikan kemaslahatan, melainkan juga keberkahan dari Allah subhanahu wata’ala.
Karena itu, berusahalah untuk senantiasa bermusyawarah dengan istri, meskipun dalam hal yang dianggap sepele. [Mh]





