HUJAN itu rahmat. Seisi penghuni bumi begitu gembira ketika hujan turun. Ada kesejukan. Ada harapan rezeki. Dan ada obat ketenangan jiwa.
Kasih sayang Allah meliputi seisi alam raya. Kasih sayang itu menjelma dalam bentuk yang beraneka ragam. Ada keteraturan tata surya, sinar matahari yang menyemburkan energi, gelap malam yang meneduhkan jiwa, dan tanah bumi subur yang menumbuhkan aneka makanan.
Begitu pun ketika hujan turun. Bumi, tanaman, dan hewan begitu bergembira. Karena hujan adalah rezeki.
Aisyah radhiyallahu ‘anha menceritakan, saat hujan turun, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam berdoa, “Ya Allah, turunkanlah hujan yang memberikan manfaat.”
Hujan juga seperti momen di mana doa begitu mustajab. Hal itu disampaikan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.
“Dua (momen) di mana doa tidak akan ditolak. Yaitu, doa ketika azan, dan doa di saat hujan turun.” (HR. Hakim dan Baihaqi)
Hujan juga menjadi sarana turunnya ketenangan dari Allah subhanahu wata’ala. Di saat yang sama, segala gundah gulana dari setan tersisih seketika.
Para sahabat Nabi radhiyallahu ‘anhum ajma’in pernah mengalami itu. Di saat perang Badar yang penuh was-was dan ketakutan, Allah turunkan hujan untuk pasukan muslim. Dan serta merta jiwa mereka pun menjadi tenang.
Ada harapan pula dari para petani kala hujan turun. Apa yang telah mereka tanam akan kian jelas menghasilkan rezeki.
Masih banyak lagi bentuk kasih sayang Allah yang turun bersamaan turunnya hujan. Dan saat itulah Nabi mengajarkan kita untuk berdoa.
Mintalah apa yang kita butuhkan di saat hujan. Inilah ikhtiar yang diajarkan Rasulullah agar doa yang dipanjatkan menjadi terkabul.
Jadi, jangan mengeluh ketika hujan datang. Bersyukurlah dan berdoalah seiring dengan kucuran rahmat Allah menitik dalam butiran-butiran hujan. [Mh]