BELAJARLAH untuk menjadi ‘tinggi’. Tinggi dalam skill, pemikiran, dan kesolehan. Karena sesuatu mengikuti pola asuhnya.
Dua ekor kera dari habitat yang berbeda bertemu. Satu dari lingkungan hutan, satunya lagi sudah kerasan di lingkungan desa.
Setelah puas saling bercerita, kera hutan tiba-tiba memanjat sebuah pohon. Sebegitu cekatannya, dalam bilangan detik ia sudah tiba di puncak. Di sanalah ia menemukan banyak buahan.
“Hei, sini ikuti aku!” teriaknya ke kera desa. Si kera hutan memanggil kera desa untuk ikut menikmati lezatnya buahan yang tumbuh di puncak pohon.
Tapi, yang dipanggil tetap saja terdiam di bawah. Sesekali kera desa mencoba untuk memanjat pohon, tapi urung untuk diteruskan.
“Ada apa? Kamu sakit?” ucap kera hutan setelah tiba di bawah pohon.
“Maaf, aku rasanya tak lagi mahir memanjat pohon,” jawab si kera desa.
“Lantas, bagaimana kamu dapat makanan?” sergah si kera hutan begitu penasaran.
“Di desa, kami makan dari apa yang ditanam manusia. Pohon-pohonnya pendek, tidak setinggi pohon ini,” jawabnya.
“Jadi, kamu sudah tidak lagi bisa memanjat seperti aku?” tanya si kera hutan. Si kera desa menggelengkan kepalanya perlahan.
**
Manusia punya sifat dasar seperti kera desa: tidak mau memanjat ke level tinggi. Allah subhanahu wata’ala berfirman, “Tetapi, dia tidak menempuh jalan yang mendaki dan sukar.” (QS. Al-Balad: 11)
Enaknya nyantai. Tidak mau berusaha untuk bisa lebih baik dan lebih baik. Karena hal itu memang butuh kerja keras. Dan kerja keras itu menyusahkan dan merepotkan.
Mereka pasrah sebelum berusaha. Mereka berbincang tentang hal yang remeh temeh. Lebih banyak menikmati suara musik daripada menyimak pelajaran.
Mereka pun berkumpul dengan yang setipe. Saling berbincang tentang hal yang tak perlu mengerutkan dahi. Misalnya, yang wanita topiknya tentang pria, begitu pun sebaliknya.
Jangan seperti si kera desa, yang terkungkung oleh lingkungan yang memanjakan. Berlatihlah untuk berada di wilayah ‘tinggi’: diskusi dengan topik yang sarat ilmu, ragam wawasan, tingkat kesolehan, dan lainnya.
Sehingga suatu saat, kita tak lagi merasa bahwa sudah berada di lingkungan ‘tinggi’. Karena secara fisik kita tetap berinteraksi dengan yang di bawah. [Mh]