BERSYUKUR akan mendatangkan nilai tambah: tambah banyak, tambah berkah, dan tambah pahala.
Tiga orang anak diberikan bonus jajan dari ayah mereka. Bonusnya begitu surprise, tidak mereka kira sebelumnya.
Mereka pun mengungkapkan rasa terima kasih kepada ayah dengan cara masing-masing.
Yang pertama berterima kasih dengan memberikan ucapan terima kasih kepada ayahnya. Ucapan yang disampaikan berkali-kali. “Terima kasih, Ayah!” begitu ucapannya.
Yang kedua berterima kasih dengan tiba-tiba memuji-muji ayahnya. Setiap ketemu ayah, ia memuji-muji ayahnya: “Ayahku baik banget! Gak ada yang sebaik ayah!”
Pertanyannya, dibelanjakan apa uang bonusnya? Anak yang pertama dan kedua sama sekali tak memiliki beban untuk membelanjakan apa saja. Bisa buat jajan, traktir teman, dan lainnya.
Sementara anak yang ketiga mengucapkan terima kasih sewajarnya. Tapi, ia menjaga uang bonus itu untuk membelanjakan sesuatu yang dinilai baik oleh ayahnya. Ia sering bertanya ke ayahnya: apakah barang yang akan dibeli disetujui ayahnya.
Ayahnya merasa heran dengan anak yang ketiga. “Kenapa selalu minta persetujuan ayah?” tanya ayahnya.
“Inilah caraku untuk berterima kasih pada ayah,” pungkasnya. Sang ayah pun mengangguk.
**
Begitu pun cara kita ‘berterima kasih’ pada Allah subhanahu wata’ala. Tidak cukup dengan ucapan syukur dan pujian.
Apalah arti pujian dan ucapan syukur itu jika nikmat yang Allah anugerahkan digunakan untuk hal yang Ia murkai, hal yang tidak Allah ridhai.
Ungkapkanlah syukur dengan lisan dan bukti, bukan hanya sekadar basa-basi.
“Wa amma bini’mati rabbika fa haddits.” (QS. Ad-Duha: 11) [Mh]