TIGA amal ini pahalanya terus mengalir: anak soleh yang mendoakan, ilmu yang diamalkan murid, dan sedekah jariyah.
Usia manusia sangat terbatas. Tapi, amalnya bisa tidak terbatas melampaui usia yang tersedia.
Hadratus Syaikh Hasyim Ashari sudah lama wafat. Di makamnya terdapat kotak sumbangan. Setiap tahun, total sumbangan yang terkumpul bisa mencapai 2,5 milyar rupiah.
Para pengelola menyalurkan semua uang sumbangan itu ke masyarakat yang membutuhkan. Tak ada yang dialokasikan untuk pesantren.
Bayangkan, Pak Kiyai sudah lama wafat. Tapi sedekahnya tetap bisa memberikan manfaat untuk orang banyak.
Begitu pun dengan Kiyai Haji Ahmad Dahlan. Beliau sudah lama wafat. Tapi amal jariyahnya masih terus mengalir melalui ribuan sekolah dan universitas, rumah sakit ternama, dan lainnya.
Para ulama salaf dan kontemporer menulis begitu banyak karya kitab. Ada kitab hadis, tafsir, sejarah, fikih, pemikiran Islam, dan lainnya.
Mereka semua tidak pernah meminta royalti dari cetak ulang kitab-kitab bermutu itu. Silahkan dicetak, silahkan diperbanyak, gratis.
Bayangkan, mereka sudah lama wafat. Tapi amalnya terus mengalir.
Amal mereka melampaui usia yang Allah sediakan untuk mereka. Masya Allah!
Kini semua itu menjadi cerminan buat kita. Bukan jumlah usia yang menjadikan seseorang meraih banyak pahala. Melainkan pada nilai amalnya.
Bagaimana dengan kita? Pahala apa yang akan terus mengalir jika usia tak lagi ada.
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Orang yang cerdas adalah mereka yang menyiapkan bekalnya untuk kehidupan sesudah mati.” (HR. Tirmidzi) [Mh]