ChanelMuslim.com- Jika Allah Subhanahu wata’ala mencintai seorang hambaNya, Ia mengujinya.
Ujian itu niscaya. Dunia ini adalah panggung ujian. Siapa pun akan merasakan ujian Allah subhanahu wata’ala. Bahagianya ujian, susahnya apalagi.
Ada perbedaan antara orang soleh dan umumnya orang saat Allah memberikan ujian hidup. Orang soleh kalau diuji semakin mendekat kepada Allah. Baik ujian dalam bentuk kesenangan, apalagi kesusahan.
Sementara umumnya orang justru sebaliknya. Beratnya ujian hidup diterjemahkan sebagai pengabaian Allah terhadap dirinya.
“Maka adapun manusia, apabila Tuhan mengujinya lalu memuliakannya dan memberinya kesenangan, maka dia berkata, ‘Tuhanku telah memuliakanku.’
“Namun apabila Tuhan mengujinya lalu membatasi rezekinya, maka dia berkata, ‘Tuhanku telah menghinaku.” (QS. Al-Fajr: 15-16)
Para Nabi dan orang-orang soleh bukan sekadar kian mendekat ketika ujian mereka rasakan. Mereka berusaha untuk menikmati ujian-ujian itu.
Karena itulah mereka tidak berdoa, Ya Allah berikanlah aku harta yang banyak. Tapi mereka berdoa, Ya Allah anugerahkan kami kesabaran.
Di sinilah poin utamanya: kesabaran. Jangan terjemahkan kesabaran sebagai kepasrahan. Tapi justru tetap dalam istiqamah, tetap dalam optimistis, tetap dalam ibadah; meski serba kesusahan.
Nabi Ya’qub alaihissalam begitu menikmati ujian yang dialaminya saat berpisah puluhan tahun dengan putera tercintanya, Yusuf alaihissalam.
Ia mengatakan, innamaa asykuu batstsii wa huznii ilallah. “Hanya kepada Allah aku mengadukan kesusahan dan kesedihanku.” (QS. 12: 86)
Semakin terasa berat cobaaan yang ia rasakan, semakin ia lebih mendekat lagi kepada Allah. Dan saat-saat seperti itulah nikmat yang dirasakan. Yaitu kedekatan sempurna kepada Yang Maha Sayang.
Begitu pula yang dirasakan pemuda mulia bernama Uwais Al-Qarni. Dengan penuh sabar ia hadapi dua cobaan sekaligus.
Di satu sisi Allah uji dia dengan penyakit kulit yang hampir memenuhi sekujur tubuhnya. Di sisi lain, ia juga harus melayani ibunya yang lumpuh. Kemana pun ibunya ingin pergi, ia harus menggendongnya.
Semua ia lalui dengan penuh keridhaan. Semakin berat ujian, semakin ia mendekatkan dirinya kepada Allah.
Karena itulah, meski belum pernah bertemu dengan Uwais, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memujinya. Bahkan, ia meminta Umar radhiyallahu ‘anhu untuk menunggu kedatangan Uwais yang tinggal di Yaman sana, agar bisa memperoleh doa darinya.
Hidup ini, sekali lagi, sebagai ladang ujian. Dengan cara itulah kita bisa memperoleh panen pahala sebanyak-banyaknya. Bukan dosa karena buruk sangka kepada Allah.
Mendekatlah, dan teruslah mendekat kepada Allah. Pujilah asmaNya. Mohonlah ampunan sebanyak-banyaknya. Dan curahkanlah isi hati kepadaNya. Rebutlah cintaNya agar bisa bahagia di akhirat sana. [Mh]